KORAN DIGITAL RM – Suara dentuman meriam lodong mulai terdengar bersahut-sahutan. Itulah cara anak-anak di desa dalam menyambut dan memeriah bulan suci Ramadhan.
Dulu, anak-anak menyambut Ramadhan dengan bermain kembang api atau petasan. Seiring berjalannya waktu, ada larangan bermain petasan. Karena dianggap berbahaya. Anak-anak zaman sekarang tidak bisa mendapatkan petasan dengan mudah.
Namun demikian, anak-anak memiliki cara sendiri untuk memeriahkan Ramadhan versi mereka. Mereka membuat meriam lodong. Alat ini bisa meledak layaknya petasan.
BACA JUGA:Pelaksanaan Penilaian Tuntas, Juara Lomba Desa Kecamatan Lupi Segera Ditentukan
Meriam lodong, terbuat dari kaleng bekas, dirangkai memanjang. Pada bagian pangkal terdapat sumbu pemetik yang diambil dari pemetik korek api. Bahan bakar menggunakan tiner atau spritus.
Bermain meriam lodong, biasanya dilakukan oleh anak-anak usia 10-15 tahun. Biasanya mereka bermain secara berkelompok, 4-5 orang. Dan kelompok satu saling bersahutan dengan kelompok lain.
Ketua Rt V, Dusun II, Desa Sido Makmur, Kecamatan Air Manjuto, Sahad, membenarkan hal ini. Ia bermain meriam lodong bermain bagian dari kehidupan anak-anak. Selain itu, suara meriam lodong memberikan suasana tersendiri.
"Anak-anak sudah mulai main meriam lodong. Dan rutin setiap bulan puasa," ujar Sahad.
BACA JUGA:Keren! Ini Program Ketahanan Pangan Yang Direalisasikan Desa Banjar Sari
Sahad juga menyampaikan, meriam lodong merupakan mainan musiman. Dan hanya dimainkan saat Ramadhan hingga Idul Fitri. Setelah lebaran, anak-anak berhenti main meriam lodong dengan sendirinya.
"Sisi positifnya, main meriam lodong meningkatkan kreativitas anak-anak. Negatifnya, kadang suaranya bikin kaget orang yang sedang istirahat atau ibadah," tambahnya.*