KORANRM.ID - Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang kebersamaan, tradisi, dan momen-momen spesial yang selalu dinantikan setiap tahunnya. Di berbagai belahan dunia, umat Muslim memiliki cara unik dalam merayakan bulan suci ini, mulai dari berburu takjil hingga sahur bersama di jalanan atau yang lebih dikenal dengan Sahur On The Road (SOTR). Tradisi-tradisi ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan bagian dari budaya dan warisan yang terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, di tengah perkembangan zaman dan perubahan sosial, bagaimana tradisi-tradisi ini tetap bertahan? Apa makna di baliknya, dan bagaimana peranannya dalam mempererat hubungan sosial serta meningkatkan nilai spiritual di bulan Ramadhan?
1. Tradisi Berburu Takjil: Kesenangan Menjelang Berbuka
BACA JUGA:Mengonsumsi Buah Membantu Tubuh Tetap Terhidrasi, Ini 7 Buah yang di Rekomendasikan Untuk Buka Puasa
BACA JUGA:Percaya Diri Seketika Menurun Akibat Bau Mulut, 7 Cara Mencegah Bau Mulut Selama Bulan Puasa
Setiap sore menjelang Maghrib, suasana di banyak tempat menjadi lebih ramai dengan hadirnya pasar-pasar takjil. Di Indonesia, hampir di setiap kota terdapat lokasi khusus yang menjadi pusat berburu makanan berbuka. Dari kolak pisang, es cendol, kurma, hingga gorengan, pilihan takjil selalu beragam dan menggoda.
Takjil bukan hanya sekadar makanan pembuka, tetapi juga memiliki nilai budaya yang dalam. Dalam Islam, berbuka puasa dianjurkan dengan sesuatu yang manis, seperti kurma, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hadis dari Anas bin Malik RA menyebutkan:
"Rasulullah SAW berbuka dengan beberapa butir kurma sebelum shalat. Jika tidak ada kurma, beliau berbuka dengan air." (HR. Abu Dawud)
BACA JUGA:Es Blewah Segar, Pelepas Dahaga yang Sempurna untuk Berbuka Puasa
Di luar Indonesia, tradisi berbuka dengan takjil juga ada di banyak negara Muslim lainnya. Di Turki, misalnya, masyarakat kerap berbuka dengan pide, roti khas Turki yang hanya tersedia selama Ramadhan. Sementara itu, di negara-negara Arab, qamar al-din (minuman dari aprikot kering) menjadi salah satu takjil favorit.
Pasar takjil juga memiliki peran ekonomi yang besar, terutama bagi pedagang kecil yang menjajakan makanan khas Ramadhan. Dengan tingginya permintaan, banyak masyarakat memanfaatkan momen ini untuk berjualan makanan, sehingga secara tidak langsung tradisi ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
2. Bukber: Lebih dari Sekadar Makan Bersama
Selain berburu takjil, berbuka puasa bersama (bukber) juga menjadi tradisi yang tak pernah absen selama Ramadhan. Baik dengan keluarga, teman, atau rekan kerja, acara bukber selalu menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial.
Di Indonesia, restoran dan tempat makan akan dipenuhi oleh kelompok-kelompok yang mengadakan bukber. Tak jarang, bukber juga menjadi momen reuni bagi teman-teman lama yang sudah jarang bertemu. Meskipun sering kali menimbulkan kemacetan akibat meningkatnya mobilitas masyarakat menjelang waktu berbuka, tradisi ini tetap menjadi bagian penting dari euforia Ramadhan.
BACA JUGA:Lezat dan Lembut! Resep Bubur Sumsum yang Pas untuk Menu Buka Puasa
Di negara lain, tradisi berbuka bersama juga dilakukan dalam skala yang lebih luas. Di Uni Emirat Arab, misalnya, banyak masjid menyediakan makanan berbuka gratis bagi siapa saja, baik warga lokal maupun pendatang. Sementara di Pakistan, meja panjang dengan berbagai hidangan berbuka disiapkan di jalanan bagi mereka yang tidak sempat pulang ke rumah sebelum Maghrib.
3. Sahur On The Road: Membangun Kepedulian Sosial
Sahur On The Road (SOTR) adalah salah satu tradisi unik yang banyak dilakukan di kota-kota besar. Biasanya, sekelompok pemuda atau komunitas akan berkeliling pada waktu sahur untuk membagikan makanan kepada tunawisma, pekerja malam, atau orang-orang yang kurang mampu.
Tradisi ini tidak hanya tentang makan sahur, tetapi juga menjadi bentuk kepedulian sosial yang sejalan dengan nilai-nilai Ramadhan. Islam sangat menekankan pentingnya berbagi dan membantu sesama, sebagaimana dalam hadis:
"Siapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun." (HR. Tirmidzi)
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, SOTR juga menghadapi tantangan, terutama terkait dengan ketertiban dan keselamatan. Di beberapa kota, aksi ini terkadang berubah menjadi ajang konvoi yang mengganggu lalu lintas. Oleh karena itu, banyak pihak yang mulai mengorganisir SOTR dengan lebih terstruktur agar tetap sesuai dengan tujuan awalnya, yaitu berbagi dan membantu sesama.
BACA JUGA:5 Cara Jitu Mengganti Puasa yang Sah dan Bikin Tenang Hati
4. Tradisi Unik Ramadhan di Berbagai Negara
Setiap negara memiliki cara unik dalam menyambut dan merayakan Ramadhan. Beberapa di antaranya adalah:
• Mesir: Tradisi fanous atau lampion Ramadhan yang menghiasi jalanan dan rumah-rumah sebagai simbol kegembiraan menyambut bulan suci.
• Arab Saudi: Suasana Ramadhan sangat terasa di Masjidil Haram, di mana ribuan jamaah berbuka bersama dalam suasana yang penuh kebersamaan.
• India & Pakistan: Di beberapa daerah, drummer akan berkeliling membangunkan warga untuk sahur dengan menabuh gendang atau alat musik tradisional.
• China: Komunitas Muslim di China, seperti Uighur dan Hui, memiliki tradisi membuat mian pian, sejenis sup mie yang hanya dibuat saat Ramadhan.
BACA JUGA:5 Cara Jitu Mengganti Puasa yang Sah dan Bikin Tenang Hati
BACA JUGA:Ini Dia 5 Penjelasan Ilmiah Simpel Kenapa Puasa Bisa Bikin Badan Sehat dan Pikiran Jernih!
5. Mengapa Tradisi Ramadhan Selalu Dirindukan?
Ramadhan tidak hanya soal ibadah puasa, tetapi juga tentang kebersamaan, berbagi, dan memperkuat hubungan sosial. Tradisi-tradisi yang ada memberikan warna tersendiri dalam menjalani bulan suci, sehingga membuatnya selalu dirindukan setiap tahunnya.
Meskipun zaman terus berubah dan teknologi semakin berkembang, esensi dari Ramadhan tetap sama: memperkuat ibadah, meningkatkan kepedulian sosial, dan mempererat silaturahmi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi ini agar tetap menjadi bagian dari identitas budaya dan spiritual umat Muslim.
Dari berburu takjil hingga Sahur On The Road, setiap tradisi Ramadhan memiliki makna tersendiri yang tidak hanya memperkuat hubungan sosial tetapi juga meningkatkan spiritualitas. Keunikan ini membuat Ramadhan selalu menjadi bulan yang dinanti dan dirindukan. Di tengah perubahan zaman, menjaga tradisi ini tetap hidup adalah salah satu cara untuk terus merasakan keberkahan dan kebahagiaan di bulan suci ini.
Referensi:
1. Hadis Riwayat Abu Dawud tentang berbuka dengan kurma.
2. Hadis Riwayat Tirmidzi tentang keutamaan memberi makan orang yang berpuasa.
3. Majalah Tempo (2023). "Pasar Takjil dan Dampaknya bagi UMKM di Indonesia."
4. Al Jazeera (2022). "Ramadan Traditions Around the World: From Iftar Streets to Drummers."
5. Kompas.com (2023). "Fenomena Sahur On The Road: Antara Tradisi dan Kontroversi."
Kategori :