KORANRM.ID - Kyrgyzstan adalah negara yang mewarisi semangat dan tradisi bangsa Mongol. Karena itu tradisi berburu dengan elang emas dalam budaya bangsa Mongol terabadikan dengan baik di negeri ini dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Dilansir dari channel youtube Doczon. Tradisi ini bersemayam dalam masyarakat Asia Tengah termasuk Kyrgyzstan yang masih menjalankan gaya hidup nomaden di tengah suhu udara ekstrim yang mencapai titik nol derajat Celcius.
BACA JUGA:Menjelang Ramdhan, UPK Tiga Mandiri Pondok Suguh Salurkan Bantuan Sosial BACA JUGA:5 Sahabat Berkicau Jenis Burung Beo yang Ramah dan Cocok Dipelihara di Rumah Mereka menaiki kuda sembari mengenakan mantel tebal yang dijahit dari kulit domba dan penutup kepala yang terbuat dari kain wol. Mereka menyusuri Bukit membawa burung elang emas yang bertengger di lengannya yang melambangkan keberanian kekuatan dan kemuliaan kesatria dalam budaya bangsa Mongol. Elang Emas tidak hanya mewakili kewibawaan tetapi juga merupakan Mitra berburu yang efektif. Mereka terlatih untuk mengejar hewan buruan seperti rubah dan kelinci. Sehingga Elang Emas menjadi aset berharga dalam mendapatkan makanan bagi bangsa Mongol. Kemampuannya dalam melacak dan menangkap mangsa di Medan sulit menjadikannya alat berburu yang tidak ternilai. Saat berusia muda seorang pemburu di Kyrgyzstan akan menangkap selusin Elang kemudian dengan selektif Ia hanya memilih satu diantara selusin Elang itu. Hal ini dikarenakan tidak semua Elang bisa menjadi jinak kepada satu tuan dan belum tentu memiliki potensi berburu yang baik. Untuk dapat berburu dengan mahir, seekor Elang harus dilatih dalam tempo yang cukup lama. Biasanya antara 4 hingga 5 tahun. Selama waktu ini pelatihan Elang Emas menuntut kedisiplinan harian yang konsisten dalam melatih Elang pemburu secara kontinyu melantunkan lagu dan bernyanyi tujuannya untuk menanamkan karakter suara manusia ke dalam benak burung elang dengan harapan nantinya burung ini menjadi lebih akrab dengan kehadiran manusia. Selain itu melalui pelatihan ini Elang dapat mengembangkan kemampuan untuk membedakan suara-suara manusia sehingga hanya akan merespon perintah yang berasal dari suara tuannya. Ketika Elang mendekati usia dewasa sang pelatih akan melakukan pendekatan yang berbeda dia memperlihatkan kulit dan bulu hewan buruan yang nantinya akan menjadi mangsa dengan tujuan agar Elang terbiasa dengan bau dan karakter unik dari mangsanya. Seluruh tahap ini dilakukan dengan perintah-perintah khusus dan seiring berjalannya waktu setelah melalui berbagai tahap latihan Elang Emas akhirnya siap untuk dijadikan Mitra dalam perburuan. BACA JUGA:Bangau, Pesona Burung Punggung Putih di Antara Rawa dan Sawah BACA JUGA:Si Mungil yang Berani Kisah Burung Gereja, Penghuni Kota yang Tak Terpisahkan Praktik berburu dengan elang memang sangat cocok untuk gaya hidup orang-orang irgis yang nomaden gaya hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Memungkinkan pemenuhan kebutuhan pangan tanpa harus memiliki pemukiman tetap biasanya mereka menggunakan Yun sebagai tempat tinggal. Your merupakan tenda tradisional Mongol yang mudah dipasang dan dibongkar sehingga memungkinkan mereka untuk berpindah tempat wilayah. Namun beruntungnya metode perburuan otentik ini dihidupkan kembali melalui perhelatan acara tradisional yang disebut dengan festival asal burung, pada tahun 1997 festival, salbun merupakan perayaan budaya yang melibatkan empat disiplin ilmu yaitu perburuan menggunakan Elang, memanah, memanah sambil berkuda dan berburu dengan anjing pengintai. Festival salbun telah menjadi ajang perayaan yang diadakan di wilayah Asia Tengah terutama di Kyrgyzstan pada tahun 2010. Seni berburu menggunakan Elang ini dimasukkan ke dalam warisan budaya dunia oleh UNESCO.*
Kategori :