KORANRM.ID - Perbandingan hasil antara kelapa sawit dan karet tergantung pada berbagai faktor, seperti luas lahan, kondisi tanah, iklim, dan teknik budidaya.
Perbandingan umum berdasarkan produktivitas, pendapatan, dan faktor lainnya. Produksi minyak sawit berkisar antara 3–4 ton per hektar per tahun. Dan produksi lateks sekitar 1–1,5 ton per hektar per tahun. Dilihat dari segi harga pasar dan pendapatan, harga minyak sawit cenderung lebih fluktuatif, tetapi permintaan global tetap tinggi. Di sisi lain, harga karet alam lebih stabil dibandingkan sawit, tetapi dapat dipengaruhi oleh permintaan industri otomotif dan manufaktur. BACA JUGA:Seluruh PKS Menaikkan Harga Sawit di Hari Pelantikan Kepala Daerah, Tertinggi Rp3.010/Kg BACA JUGA:DBH Sawit Rp 5,2 M Untuk Bangun Jalan di Ipuh dan Air Manjuto Dilihat dari masa produktif dan panen, Kelapa Sawit mulai berproduksi pada usia 3–4 tahun, dengan masa produktif 20–25 tahun. Panen dilakukan setiap 10–15 hari sekali. Dan karet, mulai dapat disadap pada usia 5–7 tahun, dengan masa produktif hingga 30 tahun. Penyadapan dilakukan setiap 2–3 hari sekali. Biaya produksi dan perawatan, Kelapa Sawit: Memerlukan biaya tinggi untuk perawatan, pupuk, dan tenaga kerja, tetapi panen lebih sering. Sedangkan biaya produksi lebih rendah, tetapi penyadapan lateks memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak. BACA JUGA:Polsek Pondok Suguh Siap Tindak Tegas Pelaku Pencurian TBS Sawit Dampak lingkungan yang ditimbulkan, Kelapa Sawit dapat menyebabkan deforestasi dan penurunan kesuburan tanah jika tidak dikelola dengan baik. Karet, lebih ramah lingkungan karena sistem agroforestri yang lebih baik dalam menjaga keanekaragaman hayati. Di Kabupaten Mukomuko, masyarakat lebih tertarik menanam kelapa sawit dibandingkan tanam karet. Di Mukomuko, tanam sawit tidak hanya dilakukan oleh petani. Tidak sedikit pegawai, pedagang, wiraswata yang memiliki kebun sawit. Lebih dari itu, ratusan hektare kebun karet sudah dirubah menjadi kebun sawit. ‘’Modal tanam sawit memang cukup besar. Begitu juga dengan biaya perawatan, juga besar. Keuntungan tanam sawit, kita tidak harus ke kebun setiap hari. Panen dilakukan dua minggu sekali,’’ ujar warga Sido Makmur, Pawitno. Di sisi lain, Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, terus mengintensifkan program peremajaan atau "replanting" tanaman kelapa sawit yang tidak produktif akibat penggunaan bibit asalan dan usia tanaman yang tua. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan sawit rakyat dan kesejahteraan petani di daerah tersebut. BACA JUGA:Penyerang Sapi Mekar Jaya Diduga Bukan Harimau, Ini Penjelasan Pihak BKDSA BACA JUGA:MT Dua 2025, Petani DI Manjuto Kanan Lanjut Tanam Padi Sejak dimulainya program ini pada tahun 2018 hingga 2024, total realisasi peremajaan sawit rakyat di Mukomuko mencapai 2.391 hektare. Pada tahun 2024, dari target 1.000 hektare, telah terealisasi 906 hektare. Untuk tahun 2025, Dinas Pertanian Mukomuko menargetkan peremajaan seluas 1.000 hektare, dengan fokus sosialisasi di tiga titik di wilayah Kecamatan Air Rami yang sebelumnya belum terjangkau program ini. ‘’Dulu ketika banyak masyarakat yang menanam karet, pemerintah juga memiliki progam bantuan bibit karet unggul, lengkap dengan penunjang lain, diantaranya mangkok penampung getah, talag getah, hingga cuka pembeku lateks. Sekarang masyarakat mayoritas tanam sawit. Pemerintah memiliki program replanting tanaman sawit,’’ jelas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Pitriyani Ilyas, S.Pt.
Kategori :