KORANRM.ID - Tanaman karet sempat menjadi andalan ekonomi masyarakat Kabupaten Mukomuko. Sebelum memasuki abad milenium, karet menjadi sumber pendapatan sebagian besar petani Mukomuko.
Seiring dengan perkembangan zaman, tanaman karet mulai ditinggalkan, dan petani lebih tertarik dengan tanaman sawit. Bagi petani karet, baik musim hujan maupun kemarau memiliki tantangan tersendiri. BACA JUGA:Petani Usulkan Pengeringan Irigasi DI Manjuto Ditinjau Kembali BACA JUGA:Petani DI Kiri Kecamatan Lubuk Pinang Mulai Turun Tanam MT 1 Tahun 2025 Kendala yang dihadapi petani karet saat musim hujan, di antaranya, Produksi getah berkurang. Saat hujan, getah karet yang keluar dari pohon cenderung bercampur air, sehingga kualitasnya menurun. Selain itu, penyadapan sulit dilakukan karena getah tidak menggumpal dengan baik. Hujan membuat proses penyadapan sulit karena petani harus menunggu cuaca kering agar getah bisa mengalir dengan baik. Jika hujan turun setelah penyadapan, getah bisa terbawa air dan hilang. Selain itu, saat musim hujan terjadi peningkatan serangan penyakit. Kelembapan tinggi saat musim hujan meningkatkan risiko penyakit seperti jamur Phytophthora, yang menyebabkan penyakit gugur daun karet dan dapat mengurangi hasil panen. Kualitas Lateks Menurun, Lateks yang bercampur air memiliki kadar karet kering lebih rendah, sehingga harga jualnya pun menurun. Kesulitan Pengeringan, Proses pengeringan lembaran karet (ribbed smoked sheet) lebih lama dan sulit karena udara lembap, yang dapat menyebabkan jamur dan menurunkan kualitas karet. Akses ke Kebun Sulit. Jalan menuju kebun seringkali menjadi becek dan sulit dilalui, terutama bagi petani yang tinggal di daerah terpencil dengan akses terbatas. Musim hujan sering berdampak pada produksi karet secara keseluruhan, tetapi harga tetap dipengaruhi oleh pasar global, sehingga keuntungan petani bisa tertekan. BACA JUGA:4 Hama Ini Musuh Besar Petani Sawit Untuk mengatasi kendala ini, beberapa petani menggunakan metode penyadapan alternatif, perlindungan pohon dengan plastik, atau memilih waktu penyadapan yang lebih optimal. Selain musim hujan, musim kemarau juga membawa berbagai tantangan bagi petani karet. Saat musim kemarau, pohon karet mengalami stres akibat kurangnya air. Ini menyebabkan produksi getah menurun drastis karena pohon lebih fokus bertahan hidup daripada menghasilkan lateks. Suhu yang lebih tinggi mempercepat pembekuan getah sebelum sempat dikumpulkan, sehingga kualitas lateks menurun dan sulit diolah. Kekeringan bisa melemahkan pohon karet, membuatnya lebih rentan terhadap penyakit seperti jamur akar putih atau serangan hama yang mengurangi produktivitas. BACA JUGA:Tantangan Petani Karet Saat Musim Hujan Karena produksi getah menurun, petani sering mengurangi frekuensi penyadapan untuk mencegah pohon menjadi terlalu stres dan mati lebih. Akibat produksi yang tidak stabil, harga jual getah sering kali fluktuatif. Jika kualitasnya menurun, petani kesulitan mendapatkan harga yang stabil. Solusi yang bisa diambil, jika memungkinkan, petani bisa membuat embung atau sumur untuk menyimpan air hujan yang digunakan saat kemarau. Busi juga menutup tanah dengan jerami atau daun kering untuk menjaga kelembapan tanah. Memberikan pupuk organik atau NPK untuk memperkuat daya tahan pohon terhadap kekeringan. Mengurangi frekuensi penyadapan agar pohon tidak terlalu stres, menjadi solusi berikutnya.
Kategori :