KORANRM.ID - Sebanyak 5 orang warga Negara Indonesia (WNI) ditembak dikawasan perairan Tanjung Rhu Selangor Malaysia pada Jumat,(24/1) tempo hari. Semua korban yang jadi korban dalam penembakan ini adalah pekerja migran. Mereka ditembak oleh petugas Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM). Para Pekerja Migran Indonesia (PMI) itu ditembak diklaim karena berusaha keluar dari Malaysia secara ilegal. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada kasus penembakan WNI oleh aparat keamanan Malaysia. Kabarnya dari 5 orang yang jadi korban penembakan tersebut, 2 orang diantaranya adalah warga Riau Aceh. oleh karena itu, terkait dengan kasus ini salah satu Anggota DPD RI asal Aceh ikut angkat bicara.
BACA JUGA:Wakil Indonesia Bikin Kejutan Besar di Babak 32 Malaysia Open 2024 BACA JUGA:18 Oknum Polisi Peras 400 Warga Malaysia di Konser DWP 2024, Modus Tes Urine Raup Rp 32 Miliar Seperti dilansir dari Kompas.com, Rabu (28/1/2025), anggota DPD RI asal Aceh, Sudirman Haji Uma mengatakan, insiden penembakan ini bermula ketika 26 WNI berusaha melarikan diri secara ilegal dengan boat. Keberadaan boat itu diketahui oleh APMM, kemudian dikejar oleh kapal patroli Malaysia. Dalam situasi tersebut, petugas APMM melepaskan tembakan ke arah boat dengan jarak sekitar 20-25 meter di tengah kegelapan malam. Meski menerima tembakan, boat yang ditumpangi para WNI berhasil lolos dan merapat di kawasan hutan bakau daerah Banting, yang masih berada di kawasan Selangor, Malaysia. Para korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Serdang Selangor Malaysia untuk dilakukan perawatan. Dari lima WNI yang tertembak oleh APMM, dua di antaranya berasal dari Aceh. Satu WNI bernama Basri dari Rokan Hulu, Riau, yang merupakan anak buah kapal (ABK), meninggal dunia akibat insiden ini. Sementara, empat korban lainnya tengah menjalani perawatan di RS Serdang dan RS Klang, Malaysia, Selasa (28/1/2025). Menurut keterangan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dua korban dalam kondisi stabil, sedangkan dua korban lainnya masih dalam kondisi kritis usai menjalani operasi, sehingga belum dapat memberikan keterangan. Sementara itu, berdasarkan pernyataan Kepolisian Malaysia, penembakan terjadi sebagai respons terhadap perlawanan dari WNI. Direktur Jenderal Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) Laksamana Datuk Mohd Rosli Abdullah mengatakan, pihaknya melepaskan tembakan sebagai respons terhadap perlawanan WNI. "Kapal mencurigakan itu berupaya lolos dari penangkapan dengan menabrak kapal patroli maritim beberapa kali dan berupaya menyerang dengan parang panjang. Sebagai bentuk pertahanan diri, tembakan peringatan dilepaskan ke arah kapal itu, tetapi kapal itu tancap gas dan lolos dalam kegelapan," kata Mohd Rosli, dikutip dari Kompas.id. BACA JUGA:Semifinal Piala AFF U-19, Indonesia Vs Malaysia, Australia Vs Thailand BACA JUGA:Indonesia Bakal Bertemau Malaysia Atau Thailand Namun, pernyataan APMM itu, dibantah oleh korban penembakan yang selamat. "Saya konfirmasi ke korban berulang dan pengakuannya tidak ada perlawanan sama sekali. Menurutnya, mereka bisa melawan dengan apa sebagai sipil dan tanpa alat," ungkap Haji Uma dikutip dari Kompas.com. Sementara Direktur Pelindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu, Judha Nugraha mengungkapkan hal serupa. "Dua korban yang kondisinya stabil menjelaskan bahwa tidak ada perlawanan dengan senjata tajam dari penumpang Kemenlu akan memberi pendampingan terhadap korban yang selamat dalam insiden penembakan di Perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia. Judha mengatakan, KBRI Kuala Lumpur juga memastikan para korban mendapatkan perawatan hingga sembuh, dengan seluruh biaya akan ditanggung oleh Pemerintah Indonesia. Pihaknya terus mendorong pemerintah Malaysia untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait insiden ini. "Kami meminta pihak berwenang Malaysia untuk menyelidiki kejadian tersebut, termasuk kemungkinan adanya penggunaan kekuatan berlebihan (excessive use of force)," ujar Judha.(**)
Kategori :