Pasca Assad Tumbang, Tentara Israel Masuki Suriah, Iran Beri Peringatan Keras ke Negara Arab
Pasca Assad Tumbang, Tentara Israel Masuki Suriah, Iran Beri Peringatan Keras ke Negara Arab.--screnshoot dari web
radarmukomukobacakoran.com-Pasca runtuhnya rezim Bashar al-Assad, Suriah kini memasuki babak baru dalam sejarah konflik yang telah berlangsung lebih dari satu dekade. Kejatuhan Assad menjadi momen krusial yang memicu perubahan besar di kawasan Timur Tengah. Salah satu perkembangan yang menggemparkan adalah masuknya tentara Israel ke wilayah Suriah. Langkah ini tidak hanya meningkatkan ketegangan regional tetapi juga mengundang reaksi keras dari Iran, yang memberikan peringatan serius kepada negara-negara Arab.
Setelah lebih dari satu dekade bertahan menghadapi pemberontakan domestik dan tekanan internasional, rezim Bashar al-Assad akhirnya tumbang pada awal Desember 2024. Kejatuhan ini merupakan hasil dari serangkaian pertempuran sengit antara pasukan pemerintah Suriah dan kelompok oposisi yang didukung oleh aliansi internasional. Kelompok pemberontak yang terdiri dari berbagai faksi, termasuk pasukan oposisi moderat dan milisi Kurdi, berhasil merebut kota Damaskus, menandai berakhirnya kekuasaan Assad.
BACA JUGA:Bukan PPN 12%! DPR Minta Pemerintah Perangi Impor Ilegal demi Optimalisasi Pajak
BACA JUGA:Tingkatan Kapasitas Perangkat Desa, Camat Penarik Gelar Pelatihan
Selama bertahun-tahun, Assad didukung oleh Rusia dan Iran yang memberikan bantuan militer dan finansial. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, dukungan tersebut mulai melemah akibat perubahan strategi geopolitik kedua negara. Rusia, yang sebelumnya menjadi pendukung utama Assad, mengalihkan fokusnya ke konflik Ukraina yang terus memanas. Di sisi lain, Iran menghadapi tekanan ekonomi dan domestik yang mengurangi kapasitasnya untuk menopang rezim Assad.
Tak lama setelah rezim Assad runtuh, pasukan Israel dilaporkan mulai memasuki wilayah Suriah dengan alasan untuk mengamankan perbatasan mereka dari ancaman milisi Hizbullah dan kelompok pro-Iran lainnya. Israel telah lama menganggap kehadiran Iran di Suriah sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya. Sejak awal konflik, Israel kerap melakukan serangan udara terhadap pos-pos militer Iran dan Hizbullah di Suriah.
Namun, langkah terbaru ini dianggap sebagai eskalasi besar. Israel tidak hanya melakukan serangan udara, tetapi juga mengirim pasukan darat untuk menguasai area strategis di dekat Dataran Tinggi Golan. Operasi ini disebut-sebut bertujuan untuk menciptakan zona penyangga yang mencegah infiltrasi kelompok militan ke wilayah Israel.
Masuknya tentara Israel ke Suriah segera memicu respons keras dari Iran. Dalam sebuah pernyataan resmi, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengutuk langkah Israel sebagai tindakan agresi yang melanggar kedaulatan Suriah. Iran juga mengancam akan mengambil tindakan balasan jika Israel terus memperluas operasinya.
Iran, yang selama ini memiliki pengaruh besar di Suriah melalui jaringan milisi proksi seperti Hizbullah, menyebut langkah Israel sebagai provokasi yang bertujuan untuk melemahkan posisi Iran di Timur Tengah. Dalam peringatan yang lebih tegas, Iran juga menuding beberapa negara Arab, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, telah berkolaborasi dengan Israel untuk melemahkan kekuatan Iran di kawasan tersebut.
Negara-negara Arab memberikan tanggapan yang beragam terhadap situasi ini. Arab Saudi, misalnya, menyatakan keprihatinannya terhadap meningkatnya ketegangan tetapi menghindari memberikan pernyataan langsung yang mengkritik Israel. Uni Emirat Arab (UEA), yang baru-baru ini menjalin hubungan diplomatik dengan Israel melalui Perjanjian Abraham, cenderung mengambil sikap moderat dan menyerukan dialog untuk menyelesaikan konflik.
Di sisi lain, Yordania dan Lebanon, yang berbatasan langsung dengan Suriah, merasa khawatir akan potensi meluasnya konflik ke wilayah mereka. Kedua negara tersebut juga mengalami lonjakan pengungsi akibat kejatuhan rezim Assad dan meningkatnya aktivitas militer di perbatasan.
Kejadian ini menjadi perhatian dunia karena melibatkan aktor-aktor utama dalam geopolitik global, seperti Israel, Iran, Rusia, dan Amerika Serikat. Suriah, yang telah menjadi ajang proxy war selama bertahun-tahun, kini memasuki fase baru yang lebih kompleks. Masuknya tentara Israel ke Suriah tidak hanya meningkatkan ketegangan antara Israel dan Iran tetapi juga membuka potensi konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Bagi Amerika Serikat dan sekutu Barat, kehadiran Israel di Suriah bisa dianggap sebagai upaya untuk menekan pengaruh Iran. Namun, langkah ini juga berisiko memicu eskalasi konflik yang melibatkan negara-negara besar lainnya, seperti Rusia dan China, yang memiliki kepentingan strategis di kawasan tersebut.
BACA JUGA:Sealand: Negara Mini Bekas Benteng Perang, Kebebasan di Atas Platfrom Besi
Kehadiran tentara Israel di Suriah diperkirakan akan memperburuk situasi keamanan di Timur Tengah. Ketegangan antara Israel dan Iran yang sudah lama membara berpotensi berubah menjadi konfrontasi langsung. Selain itu, meningkatnya aktivitas militer di Suriah juga dapat mempersulit upaya rekonstruksi dan pemulihan pasca-konflik di negara tersebut.
Bagi rakyat Suriah, situasi ini menambah penderitaan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Jutaan warga Suriah yang mengungsi ke negara-negara tetangga kini menghadapi ketidakpastian tentang masa depan mereka. Sementara itu, kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh Assad menciptakan peluang bagi kelompok-kelompok ekstremis untuk kembali bangkit.
Untuk menghindari eskalasi lebih lanjut, komunitas internasional perlu mengambil langkah tegas untuk menengahi konflik ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) harus memainkan peran yang lebih aktif dalam mengoordinasikan dialog antara semua pihak yang terlibat. Selain itu, negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China harus bekerja sama untuk mencegah terjadinya konfrontasi militer skala besar di kawasan tersebut.
Di sisi lain, negara-negara Arab juga perlu bersatu untuk mendukung stabilitas di Suriah. Alih-alih terlibat dalam persaingan geopolitik, mereka harus fokus pada upaya rekonstruksi dan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Suriah yang membutuhkan.
Pasca runtuhnya rezim Bashar al-Assad, Suriah menghadapi tantangan besar untuk memulihkan stabilitasnya. Masuknya tentara Israel ke wilayah Suriah dan peringatan keras dari Iran menambah kompleksitas situasi di kawasan tersebut. Di tengah meningkatnya ketegangan, dibutuhkan kerja sama internasional yang solid untuk mencegah eskalasi konflik dan mendukung upaya rekonstruksi di Suriah.
BACA JUGA:Perangkat Desa Resno Ikuti Pelatihan Peningkatan Kapasitas
BACA JUGA:Ditemukan, Mortir Aktif Peninggalan Perang Dua Kedua
Referensi
1. "Bashar al-Assad Falls: New Phase in Syrian Conflict," Al Jazeera, Desember 2024.
2. "Israel Troops Enter Syria: Security or Provocation?" The Guardian, Desember 2024.
3. "Iran Warns Israel Over Syria Operations," BBC News, Desember 2024.
4. "Middle East Tensions Rise After Assad's Fall," The New York Times, Desember 2024.
5. "UN Calls for Calm Amid Escalating Syrian Crisis," Reuters, Desember 2024.