Arab Saudi Putuskan Perjanjian Pertahanan dengan AS, Palestina Jadi Prioritas Utama

Arab Saudi Putuskan Perjanjian Pertahanan dengan AS, Palestina Jadi Prioritas Utama--screnshoot dari web

radarmukomukobacakoran.com-Arab Saudi kembali mengejutkan dunia internasional dengan langkah tegasnya. Kerajaan tersebut memutuskan untuk meninjau ulang bahkan memutuskan sejumlah perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat, negara yang selama puluhan tahun menjadi sekutu utamanya. Dalam langkah yang dipandang sebagai pergeseran besar dalam kebijakan luar negeri, Arab Saudi mengumumkan bahwa prioritas utama mereka saat ini adalah mendukung perjuangan Palestina. Keputusan ini tidak hanya menyoroti perubahan dalam dinamika geopolitik Timur Tengah tetapi juga mengundang beragam reaksi dari komunitas internasional. 

Keputusan besar ini melibatkan beberapa pihak utama, terutama Pemerintah Arab Saudi di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Sebagai pengambil keputusan tertinggi, MBS memainkan peran sentral dalam mengarahkan kebijakan luar negeri Arab Saudi.

Di sisi lain, Amerika Serikat, yang selama bertahun-tahun menjalin hubungan strategis dengan Arab Saudi, menjadi pihak yang paling terdampak. Hubungan kedua negara, terutama di bidang pertahanan, melibatkan penjualan senjata bernilai miliaran dolar serta kerja sama strategis dalam melawan ancaman keamanan di kawasan.

BACA JUGA:Marselino Ferdinan Sang Pahlawan Berselebrasi Unik, Bawa Indonesia Taklukkan Arab Saudi

BACA JUGA:Head to Head Indonesia Vs Arab Saudi 0-15

BACA JUGA:Tahan Imbang Arab Saudi, Timnas Indonesia Serasa Menang

Selain itu, Palestina menjadi pusat perhatian dalam keputusan ini. Pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa dukungan terhadap Palestina, termasuk untuk upaya mencapai kemerdekaan, kini menjadi prioritas utama mereka. Langkah ini juga mendapat perhatian dari negara-negara di kawasan Timur Tengah, termasuk Iran dan Turki, yang selama ini menunjukkan dukungan kuat untuk Palestina.

Keputusan Arab Saudi untuk memutuskan perjanjian pertahanan dengan AS didorong oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor utamanya adalah meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan AS terkait isu-isu hak asasi manusia dan kebijakan luar negeri. Pemerintah Saudi merasa bahwa hubungan mereka dengan AS semakin tidak seimbang, dengan AS sering kali menekan Saudi untuk mengambil langkah tertentu tanpa memperhatikan kepentingan nasional kerajaan tersebut.

Selain itu, kebijakan AS yang dianggap terlalu memihak kepada Israel dalam konflik Palestina-Israel juga menjadi pemicu. Arab Saudi, meskipun sebelumnya tampak pragmatis dalam pendekatannya terhadap Israel, kini mengambil sikap yang lebih tegas untuk mendukung Palestina. Keputusan ini sejalan dengan aspirasi rakyat Saudi yang sebagian besar mendukung perjuangan Palestina.

Arab Saudi juga tampaknya ingin menunjukkan kemandirian dalam kebijakan luar negerinya. Dengan memutuskan beberapa perjanjian pertahanan dengan AS, Saudi mengirimkan pesan kuat bahwa mereka tidak lagi ingin bergantung sepenuhnya pada kekuatan asing untuk keamanan nasionalnya.

Perubahan kebijakan ini mulai terlihat pada akhir tahun 2024. Dalam beberapa bulan terakhir, Pemerintah Arab Saudi telah mengindikasikan adanya pergeseran dalam hubungan mereka dengan AS. Keputusan untuk memutuskan perjanjian pertahanan diumumkan secara resmi pada November 2024, bersamaan dengan deklarasi dukungan penuh Arab Saudi terhadap perjuangan Palestina.

Langkah ini terjadi di tengah situasi global yang semakin kompleks, termasuk konflik yang terus berlangsung di Timur Tengah, ketegangan antara negara-negara besar, dan perubahan aliansi geopolitik di kawasan. Momen ini juga bertepatan dengan upaya Palestina untuk mendapatkan pengakuan internasional yang lebih luas atas status kenegaraannya.

Dampak dari keputusan ini dirasakan di beberapa wilayah utama, terutama di Timur Tengah. Arab Saudi, sebagai salah satu negara dengan pengaruh terbesar di kawasan ini, memiliki peran penting dalam menentukan arah geopolitik regional. Dengan memutuskan perjanjian pertahanan dengan AS, Arab Saudi mengirimkan sinyal kepada negara-negara lain di kawasan bahwa mereka berani mengambil langkah independen yang berbeda dari kebijakan tradisional.

Dampak lainnya dirasakan di Palestina. Dukungan penuh Arab Saudi memberikan harapan baru bagi rakyat Palestina, terutama dalam menghadapi tekanan dari Israel. Arab Saudi juga berencana meningkatkan bantuan finansial dan diplomatik untuk mendukung Palestina di berbagai forum internasional.

Di sisi lain, hubungan Arab Saudi dengan AS akan mengalami tekanan yang signifikan. Penghentian perjanjian pertahanan dapat mengurangi pengaruh AS di kawasan, sementara Arab Saudi mungkin akan mencari mitra baru untuk kerja sama pertahanan, seperti Rusia atau China.

Arab Saudi menjadikan Palestina sebagai fokus utama karena beberapa alasan strategis dan ideologis. Secara historis, Palestina memiliki makna penting bagi dunia Arab dan Islam. Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, yang menjadi salah satu situs suci umat Islam, merupakan simbol perjuangan rakyat Palestina. Arab Saudi, sebagai penjaga dua kota suci, Mekah dan Madinah, memiliki tanggung jawab moral untuk mendukung Palestina.

Selain itu, keputusan ini juga mencerminkan aspirasi rakyat Saudi. Dukungan terhadap Palestina adalah isu yang menyatukan masyarakat Saudi dan dunia Arab secara umum. Dengan mengambil sikap tegas terhadap Palestina, Pemerintah Arab Saudi menunjukkan bahwa mereka mendengarkan suara rakyatnya.

Langkah ini juga dipandang sebagai cara untuk meningkatkan posisi Arab Saudi di dunia Islam. Dengan mendukung Palestina secara aktif, Arab Saudi memperkuat klaimnya sebagai pemimpin dunia Islam, terutama di tengah persaingan dengan negara-negara seperti Iran dan Turki.

Keputusan untuk memutuskan perjanjian pertahanan dengan AS membawa perubahan besar dalam hubungan bilateral kedua negara. Selama beberapa dekade, hubungan Saudi-AS didasarkan pada prinsip "minyak untuk keamanan," di mana Arab Saudi menyediakan pasokan minyak yang stabil untuk AS, sementara AS memberikan dukungan keamanan kepada Saudi. Namun, dengan langkah ini, Arab Saudi menunjukkan bahwa mereka tidak lagi ingin terikat pada pola hubungan yang sama.

Hubungan dengan negara-negara lain juga akan terpengaruh. Arab Saudi mungkin akan mencari mitra baru, seperti China atau Rusia, untuk menggantikan peran AS dalam kerja sama pertahanan. Hal ini dapat memperkuat aliansi Saudi dengan negara-negara tersebut, yang memiliki pendekatan berbeda terhadap isu Timur Tengah dibandingkan AS.

Di sisi lain, langkah ini juga meningkatkan risiko Arab Saudi menghadapi tekanan ekonomi dan politik dari AS dan sekutunya. Namun, Arab Saudi tampaknya yakin bahwa mereka memiliki kapasitas untuk mengatasi tantangan ini, terutama dengan diversifikasi ekonomi yang sedang dilakukan melalui Visi 2030.

Keputusan Arab Saudi untuk memutuskan perjanjian pertahanan dengan AS dan menjadikan Palestina sebagai prioritas utama adalah langkah berani yang mencerminkan perubahan besar dalam kebijakan luar negerinya. Langkah ini menunjukkan bahwa Arab Saudi ingin mengambil posisi yang lebih independen di panggung internasional, sekaligus mendukung isu yang memiliki makna penting bagi dunia Arab dan Islam.

BACA JUGA:Usia Termuda dan Tertua Skuad Timnas di Piala AFF 2024

BACA JUGA:APBD 2025 Disahkan, Program Sapuan-Wasri Dilanjutkan oleh Huda-Rahmadi

Dampak dari keputusan ini akan dirasakan di berbagai tingkat, mulai dari hubungan bilateral Saudi-AS hingga dinamika geopolitik Timur Tengah. Meskipun langkah ini membawa risiko, Arab Saudi tampaknya yakin bahwa mereka dapat memperkuat posisinya sebagai kekuatan regional yang independen dan berpengaruh.

Referensi

1. Laporan resmi dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengenai perubahan kebijakan luar negeri.

2. Analisis geopolitik terkait hubungan Arab Saudi-AS di jurnal internasional.

3. Berita tentang dukungan Arab Saudi terhadap Palestina di media Timur Tengah.

4. Artikel mengenai dampak Visi 2030 terhadap kebijakan luar negeri Arab Saudi.

5. Diskusi di forum internasional mengenai perubahan aliansi geopolitik di Timur Tengah.

 

Tag
Share