Ini Alasan Mengapa Anda Sering Lupa Mimpi Saat Bangun, Menurut Ahli!

Ini Alasan Mengapa Anda Sering Lupa Mimpi Saat Bangun, Menurut Ahli!--ISTIMEWA

radarmukomuko.bacakoran.co -Sering lupa mimpi saat bangun tidur adalah fenomena umum yang telah menjadi subjek studi para ahli di bidang psikologi dan neurobiologi. Meskipun mimpi bisa terasa sangat jelas ketika kita bermimpi, sering kali kita sulit mengingat detailnya begitu terjaga. Ada beberapa penyebab dan penjelasan yang diajukan oleh para pakar mengenai mengapa ini terjadi:

BACA JUGA:Dlundung Trawas Pesona Air Terjun Tersembunyi di Mojokerto

 

1. Tahap Tidur yang Berbeda

Proses tidur manusia terdiri dari beberapa tahap, termasuk tidur ringan, tidur dalam (non-REM), dan tidur bermimpi (REM - Rapid Eye Movement). Mimpi paling sering terjadi selama tahap REM. Jika seseorang terbangun dari tidur di luar tahap REM, kemungkinan besar mimpi tersebut akan terlupakan.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang terbangun dari tidur REM cenderung lebih mampu mengingat mimpinya dibandingkan mereka yang bangun dari tahap tidur non-REM. Jadi, waktu dan cara kita bangun berperan penting dalam ingatan mimpi.

 

2. Kurangnya Aktivitas Otak yang Bertanggung Jawab untuk Memori

Para pakar menyatakan bahwa bagian otak yang mengatur memori, terutama korteks prefrontal, kurang aktif selama tidur, terutama saat bermimpi. Ini berarti bahwa meskipun kita bermimpi, kemampuan otak untuk memproses dan menyimpan informasi tersebut sebagai memori jangka panjang sangat terbatas. Ketika kita bangun, informasi tentang mimpi sering kali tidak sempat diproses dengan baik oleh otak, sehingga kita lupa mimpinya.

 

3. Interferensi dengan Pikiran Setelah Bangun

Menurut teori psikologi, salah satu alasan mengapa kita sering lupa mimpi adalah adanya interferensi dengan pikiran dan kegiatan lain segera setelah bangun. Ketika kita terjaga, perhatian kita langsung tertuju pada tugas dan rutinitas harian, seperti memeriksa jam, merencanakan hari, atau bahkan sekadar bangkit dari tempat tidur. Pikiran yang langsung terfokus pada hal-hal lain ini membuat memori mimpi tersingkir sebelum sempat diingat.

 

4. Fungsi Adaptif Mimpi

Beberapa ahli, seperti psikolog evolusioner, berpendapat bahwa mimpi memiliki fungsi adaptif yang tidak memerlukan ingatan jangka panjang. Mereka berhipotesis bahwa mimpi membantu kita memproses emosi, melatih respons terhadap ancaman, atau memecahkan masalah, tetapi setelah fungsi mimpi tersebut selesai, tidak ada kebutuhan untuk mengingatnya. Otak, dengan demikian, memprioritaskan ingatan yang lebih relevan untuk bertahan hidup atau rutinitas harian.

BACA JUGA: Nasi Goreng Padang Sensasi Pedas Gurih yang Menggugah Selera

 

5. Kualitas Tidur dan Kesehatan

Kualitas tidur yang buruk, seperti gangguan tidur, insomnia, atau stres, dapat mempengaruhi kemampuan kita untuk mengingat mimpi. Jika tidur terganggu atau tidak cukup lama, tahapan tidur REM mungkin berkurang atau menjadi terpotong, yang pada gilirannya mengurangi kemungkinan kita mengingat mimpi. Selain itu, kondisi kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan juga dapat menghambat ingatan mimpi.

 

6. Kurangnya Latihan untuk Mengingat Mimpi

Kemampuan mengingat mimpi juga dapat diasah. Beberapa ahli menyarankan bahwa jika seseorang ingin lebih sering mengingat mimpinya, mereka harus secara aktif mencoba mengingatnya begitu bangun, seperti dengan menulis jurnal mimpi. Orang yang terbiasa mengabaikan mimpinya akan cenderung lebih sering melupakannya karena tidak memberikan perhatian khusus pada mimpi tersebut setelah terjaga. Seiring waktu, otak cenderung "melatih" kemampuan untuk melupakan mimpi lebih cepat.

 

7. Neurotransmitter dan Hormon dalam Otak

Neurotransmitter tertentu seperti norepinefrin, yang berkaitan dengan ingatan dan respons terhadap stres, berada pada tingkat yang sangat rendah selama tidur REM. Kondisi ini mengurangi kemampuan otak untuk mengingat mimpi. Selain itu, hormon seperti kortisol juga berperan dalam ingatan. Kadar kortisol cenderung rendah di awal tidur dan meningkat saat menjelang bangun, yang mungkin turut berkontribusi terhadap pelupaan mimpi.

 

8. Perbedaan Individual dalam Pengolahan Mimpi

Beberapa orang secara alami lebih mudah mengingat mimpi mereka karena perbedaan individu dalam aktivitas otak. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang sering mengingat mimpi cenderung memiliki aktivitas otak yang lebih tinggi di area otak yang terlibat dalam perhatian dan ingatan. Jadi, perbedaan biologis antar individu juga memainkan peran dalam seberapa sering seseorang mengingat mimpi.

BACA JUGA:Jangan Sepelekan 5 Ciri Kamu Alami Gangguan Kesehatan Mental

 

9. Peran Emosi dalam Mimpi

Para pakar juga mencatat bahwa mimpi yang mengandung emosi yang kuat cenderung lebih mudah diingat daripada mimpi yang bersifat netral atau biasa-biasa saja. Mimpi yang melibatkan perasaan intens seperti ketakutan, kebahagiaan, atau kecemasan, lebih mungkin tertinggal dalam memori karena otak memberikan prioritas lebih tinggi pada pengalaman emosional. Namun, jika emosi dalam mimpi tidak cukup kuat, otak mungkin tidak merasa perlu menyimpannya sebagai ingatan.

 

Kesimpulan

Sering lupa mimpi saat bangun tidur merupakan hasil dari berbagai faktor kompleks, mulai dari proses biologis dalam otak hingga pengaruh eksternal seperti kualitas tidur dan perhatian pasca-bangun. Meskipun sebagian besar mimpi tidak disimpan dalam ingatan jangka panjang, kita masih dapat melatih diri untuk mengingatnya dengan cara memberikan lebih banyak perhatian pada mimpi dan memperbaiki kualitas tidur. Pada akhirnya, pelupaan mimpi adalah bagian normal dari cara otak mengatur informasi yang dianggap tidak kritis untuk diingat dalam kehidupan sehari-hari.*

Tag
Share