Mengejutkan! Gula dan Garam yang Kamu Konsumsi Setiap Hari Mengandung Mikroplastik?

Mengejutkan Gula dan Garam yang Kamu Konsumsi Setiap Hari Mengandung Mikroplastik.--screnshoot dari web

radarmukomukobacakoran.com-Kehidupan sehari-hari tidak lepas dari konsumsi gula dan garam. Kedua bahan ini bukan hanya digunakan sebagai penambah cita rasa dalam masakan, tetapi juga menjadi komponen penting dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan metabolisme energi. 

Namun, fakta mengejutkan muncul terkait dengan kebiasaan konsumsi gula dan garam: keduanya diduga mengandung mikroplastik. Mikroplastik ini adalah partikel kecil yang dihasilkan dari pencemaran plastik dan ditemukan dalam berbagai sumber makanan, termasuk gula dan garam yang kita konsumsi setiap hari.

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran sangat kecil, biasanya kurang dari 5 mm, yang dihasilkan dari degradasi plastik yang lebih besar atau berasal dari produk-produk seperti kosmetik dan deterjen. 

BACA JUGA:Berapa Batas Minum Kopi Hitam Harian? Yuk Simak Penjelasannya di Sini

BACA JUGA:Singkong Jadi Cemilan Favorit Banyak Orang, 4 Makanan Yang Terbuat Dari Singkong

Plastik tidak sepenuhnya terurai di lingkungan, melainkan pecah menjadi potongan-potongan kecil akibat proses alam seperti paparan sinar matahari dan gerakan mekanis. Mikroplastik ditemukan di laut, sungai, tanah, dan bahkan udara, yang berarti sangat mungkin masuk ke dalam rantai makanan kita.

Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mencemari bahan makanan melalui proses produksi, pengolahan, dan distribusi. Garam, misalnya, dihasilkan dari penguapan air laut yang sering tercemar plastik. 

Di lautan, plastik yang terbuang akhirnya terpecah menjadi mikroplastik dan tersebar luas, sehingga garam laut yang dipanen juga mengandung partikel plastik kecil ini. Demikian pula, gula, terutama yang diproduksi di daerah yang tercemar atau melalui proses pengolahan yang tidak higienis, juga bisa terkontaminasi mikroplastik dari udara atau mesin pengolahan.

Mikroplastik dalam makanan menimbulkan risiko kesehatan serius. Meskipun penelitian masih berkembang, beberapa studi menunjukkan bahwa mikroplastik yang tertelan dapat memicu reaksi peradangan dalam tubuh, mengganggu sistem pencernaan, dan bahkan merusak jaringan tubuh. 

BACA JUGA:Cara Praktis Kurangi Kadar Gula Nasi Putih untuk Hidup Lebih Sehat

BACA JUGA: Segarkan Pagi Anda dengan Segelas Air Lemon Manfaat Sehat yang Menakjubkan

Selain itu, mikroplastik sering terkontaminasi dengan bahan kimia beracun seperti pestisida dan logam berat, yang dapat meningkatkan risiko gangguan hormon, kanker, dan penyakit lainnya.

Paparan jangka panjang terhadap mikroplastik juga berpotensi merusak sistem endokrin manusia dan mengganggu fungsi organ vital. 

Terlebih lagi, belum ada standar global yang mengatur batas aman paparan mikroplastik dalam makanan, sehingga sulit untuk mengetahui seberapa besar risiko yang kita hadapi.

Semua orang yang mengonsumsi gula dan garam, baik secara langsung maupun dalam bentuk makanan olahan, berisiko terpapar mikroplastik. Namun, ada kelompok tertentu yang lebih rentan terhadap dampak kesehatan mikroplastik, yaitu anak-anak, ibu hamil, dan orang yang memiliki gangguan kesehatan tertentu.

 Anak-anak, misalnya, memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang sehingga lebih sensitif terhadap zat asing seperti mikroplastik.

Selain itu, mereka yang tinggal di wilayah dengan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi atau yang sering mengonsumsi makanan laut dan garam laut juga memiliki risiko lebih tinggi. 

Mengingat garam laut dan produk laut cenderung lebih mudah tercemar oleh mikroplastik, masyarakat pesisir atau mereka yang mengandalkan laut sebagai sumber utama makanan harus lebih waspada.

Temuan mikroplastik dalam gula dan garam mulai mencuat beberapa tahun terakhir, terutama dengan semakin meningkatnya kesadaran akan polusi plastik global. Penelitian ilmiah pertama tentang mikroplastik dalam garam dilakukan pada awal 2010-an, saat para peneliti menemukan partikel plastik di beberapa sampel garam laut dari berbagai belahan dunia. 

Sejak itu, berbagai penelitian terus dilakukan, termasuk di Indonesia, yang juga menemukan kandungan mikroplastik dalam garam yang diproduksi di negara ini.

Studi tentang mikroplastik dalam gula mungkin belum sebanyak yang dilakukan pada garam, tetapi ada laporan yang menunjukkan bahwa gula, terutama yang diproduksi di wilayah dengan tingkat polusi plastik yang tinggi, juga rentan terkontaminasi mikroplastik selama proses pengolahan.

Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat ditemukan dalam berbagai jenis garam, baik itu garam laut, garam gunung, maupun garam meja. Garam laut menjadi salah satu jenis yang paling rentan tercemar karena laut adalah tempat utama akumulasi limbah plastik. 

Bahkan, garam meja yang dihasilkan dari proses penguapan air laut di berbagai negara, termasuk Indonesia, China, dan Amerika Serikat, dilaporkan mengandung mikroplastik.

Sementara itu, untuk gula, mikroplastik dapat masuk selama proses pengolahan dan distribusi, terutama jika produksi dilakukan di daerah dengan tingkat polusi udara atau air yang tinggi. 

Meskipun gula tebu dan gula bit mengalami proses pengolahan yang berbeda, keduanya masih rentan terhadap kontaminasi plastik karena mikroplastik dapat tersebar melalui berbagai media, seperti air dan udara.

Mengurangi paparan mikroplastik dalam makanan mungkin terdengar sulit, tetapi ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, pilihlah garam yang diproses secara higienis dan berasal dari sumber yang memiliki kontrol kualitas yang ketat.

 Garam batu, misalnya, dianggap lebih sedikit mengandung mikroplastik dibandingkan garam laut karena proses pembentukannya yang berbeda.

Untuk gula, pilih produk yang berasal dari produsen tepercaya dengan standar kebersihan yang tinggi. 

Meminimalkan konsumsi makanan olahan yang mengandung gula tambahan juga bisa membantu mengurangi paparan mikroplastik. Selain itu, pastikan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari, karena tindakan ini secara tidak langsung dapat membantu mengurangi pencemaran plastik global.

Jika kita tidak segera mengambil langkah untuk mengurangi pencemaran plastik dan keberadaan mikroplastik dalam makanan, generasi mendatang mungkin menghadapi masalah kesehatan yang jauh lebih serius. Mikroplastik yang terakumulasi dalam tubuh bisa memicu berbagai penyakit kronis dan menurunkan kualitas hidup manusia. Di sisi lain, lingkungan juga akan semakin rusak, dan sumber daya alam seperti laut dan sungai tidak lagi aman untuk dimanfaatkan.

Langkah-langkah global yang lebih ketat dalam mengelola limbah plastik serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi penggunaan plastik dapat membantu mengurangi risiko paparan mikroplastik. 

Pemerintah dan organisasi lingkungan juga perlu berperan aktif dalam mendorong regulasi yang lebih baik terkait pengelolaan sampah plastik dan memastikan bahwa standar produksi gula dan garam lebih ketat.

Mikroplastik adalah ancaman nyata bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Temuan bahwa gula dan garam yang kita konsumsi sehari-hari mengandung mikroplastik menambah kekhawatiran akan dampak negatif pencemaran plastik. Langkah-langkah pencegahan, seperti memilih produk yang lebih bersih dan mengurangi penggunaan plastik, menjadi penting untuk dilakukan. Dengan kesadaran yang lebih tinggi, kita dapat bersama-sama melindungi kesehatan kita dan menjaga lingkungan dari bahaya plastik.

Referensi:

1. Smith, J. (2021). The Impact of Microplastics on Food Safety. Journal of Environmental Health.

2. Greenpeace. (2020). Mikroplastik dalam Rantai Makanan: Dampak bagi Kesehatan Manusia. Greenpeace Indonesia.

3. Kementerian Kesehatan RI. (2019). Panduan Gizi Seimbang dan Konsumsi Sehat.

 

Tag
Share