Ternyata "Oplosan" Itu Bagus

Melon Oplosan.--ISTIMEWA

radarmukomukobacakoran.com - Muhammad Khairul Anwar (21) melakukan panen perdana melon, Selasa 27 Agustus 2024. Tanaman melon anggota Kelompok Tani (Poktan) Karya Tani Muda (KTM) Desa Sumber Makmur, Kecamatan Lubuk Pinang, ini merupakan gabungan antara organik dan kimia (Oplosan, red) dengan perbandingan 50:50. Dari 500 batang yang ditanam, didapat hasil 2 ton hasil panen. 

Kepada wartawan koran ini, Anwar menyampaikan bahwa, tanaman melon ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan secara mandiri, di bawah binaan Ketua Poktan KTM, Gita. 

"Selama ini saya belajar, ikut-ikutan dengan kawan. Sekarang baru mencoba tanam sendiri. Alhamdulillah bisa dikatakan berhasil," ujar Anwar saat ditemui di kebunnya kemarin. 

Dikatakan Anwar, sejak awal olah tanah, telah dilakukan kombinasi antara pupuk organik dengan pupuk kimia. Tujuannya untuk saling memaksimalkan fungsi masing-masing. 

"Pupuk dasaran saya gunakan organik dan kimia. Begitu juga dengan dengan perawatan atas (Daun dan buah, red) juga kombinasi antara organik dan kimia," ungkap Anwar. 

BACA JUGA:Pos Check Point Belum Berfungsi Optimal

Ketua Poktan KTM, Gita, menjelaskan antara organik dan kimia bisa dikolabirasikan. Satu dengan yang lain saling mendukung. 

Ia mencontohkan, pupuk organik baik bokashi maupun F1 Embio bekerja menyuburkan tanah. Sedangkan pupuk kimia berfungsi menyuburkan tanaman. Ketika keduanya bekerja dengan baik, makan tanaman akan mendapatkan suplai kebutuhan nutrisi yang cukup. 

"Baik organik maupun kimia, memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ketika keduanya digabung maka akan saling menutupi kekurangan yang ada," jelas jelas Gita. 

Hal senada disampaikan oleh pelopor organik Kabupaten Mukomuko, Edry Yansen. Ia mengatakan, khususnya untuk tanaman Holtikultura, tidak dianjurkan menggunakan full organik. Berdasarkan pengalaman, hasil uji coba. Tanaman cabai yang menggunakan full organik daun rimbun, subur, tapi buahnya kurang. Agar bunga lengket dan menjadi buah, maka digunakan kimia. 

"Kita menanam mengejar hasil. Terutama tanaman Holtikultura, saya tidak menganjurkan full organik. Kimia juga dibutuhkan, keduanya jalan beriringan," papar Yansen.

BACA JUGA:Modal Rp5 juta, Dalam 63 Hari Menjadi Rp16 juta, Begini Caranya

Disampaikan Yansen, keuntungan dari tanam oplosan ini, biaya lebih rendah. Pasalnya penggunaan kimia bisa ditekan hingga 50 persen, bahkan lebih. Dan formula organik bisa dibuat sendiri. Bahan yang dibutuhkan bisa diambil dari alam. 

"Keuntungan penggunaan organik mengurangi biaya produksi," demikian Yansen.

Tag
Share