Ngeri, Buaya di Sungai Air Hitam Desa Padang Gading Sudah Ratusan Ekor
Diterkam Buaya: Salah satu warga yang menjadi korban buaya di desa Padang gading --
KORAN DIGITAL RM - Buaya di perairan anak sungai air hitam di Desa Padang Gading Kecamatan Sungai Rumbai Mukomuko Bengkulu sudah sangat mengerikan. Pasalnya, jumlah buaya yang berkeliaran hilir mudik di perairan sungai air hitam di wilayah Desa Padang Gading ini bukan lagi puluhan ekor. Tapi menurut perkiraan warga setempat jumlah buaya di sungai air hitam di wilayah Desa Padang Gading ini sudah mencapai ratusan ekor. Mulai dari yang kecil (anakan) hingga yang sudah berukuran besar dengan panjang 2 meter hingga 4 meter. Jumlah buaya di sungai itu makin hari bukan berkurang, tetapi makin bertambah. Karena buaya yang ada ini terus beranak Pinak. Sampai saat ini belum ada upaya dari pemerintah terkait, dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melakukan tindakan pemindahan maupun upaya lain.
BACA JUGA:Pemuda Padang Gading Budidaya Melon Berbasis Agrowisata Mini
Selama ini warga Desa Padang Gading dan warga desa tetangga lainnya seperti warga Desa Gading Jaya, Warga Desa Gajah Mati dan warga Desa Talang Gading sudah sering menemukan buaya di perairan sungai air hitam. Baik itu buaya yang masih anak (kecil) maupun buaya yang sudah berukuran besar. Bahkan, bagi warga setempat sudah biasa menemukan buaya pada saat mancing di kawasan sungai air hitam yang melintas di wilayah Desa Padang Gading tersebut. Mereka mempercayai bahwa tidak ada konflik antara buaya dengan warga setempat. Mereka tidak saling ganggu jika melihat mereka cukup menghindar saja dari keberadaan buaya tersebut. "Bagi kami terutama warga yang suka mancing di sungai. Mohon maaf, sudah sangat sering menemukan buaya berkeliaran di sungai air hitam tersebut," kata Riki Gunawan yang juga sebagai ketua BPD Desa Padang Gading.
BACA JUGA:Gregoria, Harapan Terakhir Mendali Olimpiade Paris
Lanjutnya, kalau menurut perkiraan warga jumlah buaya di sungai air hitam ini bukan sedikit. Jumlahnya diperkirakan sudah mencapai ratusan ekor. Yang lebih mengerikan lagi, kebun sawit warga cukup dekat berada di pinggir sungai air hitam. Jika musim hujan air sungai air hitam tersebut secara otomatis naik dan masuk ke perkebunan sawit warga. Jika hal ini terjadi, tidak sedikit warga harus menunda jadwal panen sembari nunggu air surut. Bagi warga yang tetap nekad manen, harus lebih waspada dan lebih hati-hati. Pada saat manen juga tidak sendirian minimal dua hingga 3 orang. Kalau dikatakan terancam tentu sangat terancam dengan keberadaan hewan jenis reptil tersebut. Tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak. "Kalau kejadian warga meninggal akibat diterkam buaya sudah pernah terjadi beberapa tahun lalu. Sekarang kembali ada kejadian warga diterkam buaya di sungai yang sama," beber Riki.
BACA JUGA:BPS Catat Inflasi Kabupaten Mukomuko Year on Year Juli 2,39 %
Terkait laporan dan lain sebagainya ke pihak terkait sudah sering dilakukan oleh zaman Kepala Desa (Kades) Tejo dulu. Namun, sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari pemerintah terkait untuk memindahkan atau melakukan upaya lain terkait dengan keberadaan buaya ini. Sementara jumlah buaya di sungai air hitam ini terus bertambah. Sebagai warga hanya berharap BKSDA bisa melakukan tindakan, bagaimana buaya di sungai air hitam ini diindahkan ke lokasi lain. Kalau dibiarkan seperti selayang ini, kasihan masyarakat tidak bisa beraktivitas secara leluasa di kebun. Terutama warga yang memiliki kebun dekat dengan kawasan sungai air hitam ini. "Kalau bisa kita sangat berharap tim dari BKSDA bisa turun melakukan tindakan. Bagiamana keberadaan buaya ini dipindahkan. Sehingga masyarakat bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman," tutupnya.*