Harus Tau! Ini 15 Fakta Kehidupan Suku Baduy Yang Jarang Diketahui

Harus Tau! Ini 15 Fakta Kehidupan Suku Baduy Yang Jarang Diketahui.--ISTIMEWA

radarmukomuko.bacakoran.co - Suku Baduy Banten merupakan suku asli Indonesia yang bermukim di kaki Pegunungan Kendeng, tepatnya di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Kekompakan masyarakat setempat yang masih mempertahankan budaya tradisional dan adat istiadat nenek moyangnya banyak menarik perhatian masyarakat luar. 

Secara fisik, masyarakat Baduy mempunyai penampakan yang mirip dengan masyarakat Sunda pada umumnya. Dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan bahasa Sunda dialek Banten. Lalu apa yang membedakan mereka dengan masyarakat luar. Di bawah ini 15 fakta Suku Baduy Banten yang jarang diketahui orang.

1. Terbagi Menjadi Baduy Luar dan Baduy Dalam

Suku Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Baduy Dalam yang tinggal di hutan dan Baduy Luar yang tinggal di sekitar tempat tinggal Baduy Dalam. Perbedaan paling mencolok keduanya terletak pada cara berpakaiannya. Baduy luar biasanya memakai pakaian berwarna hitam, sedangkan Baduy dalam memakai pakaian putih. 

2. Masih menjaga adat istiadat dan tradisi nenek moyang

Selain menjaga kearifan lokal, masyarakat Baduy juga dikenal sangat menjunjung tinggi tradisi nenek moyang. Hal inilah yang menyebabkan pola hidup sehari-hari suku ini, khususnya suku Baduy Dalam, sangat berbeda dengan pola hidup masyarakat luar. Berbeda dengan suku Baduy luar, suku Baduy dalam tidak banyak mengetahui budaya asing seperti uang, sekolah, dan teknologi. Oleh karena itu, wajar jika mereka tidak bisa menulis atau membaca. 

3. Baduy dalam memiliki tiga kampung

Suku Baduy dalam memiliki tiga desa yang berbeda, yaitu Desa Cibeo, Cikeusik dan Cikertawarna. Desa Cibeo merupakan tempat yang paling terbuka bagi wisatawan. Namun peraturan setempat tetap ditegakkan dan harus dipatuhi oleh pengunjung, seperti larangan memotret. Para tamu harus menggunakan perlengkapan mandi alami dan bebas bahan kimia. Suku Baduy juga sering mandi di beberapa tempat di sungai, antara lain toilet, menggosok badan dengan batu, dan menggosok gigi dengan sabut kelapa.

4. Bentuk rumah tidak menentukan kekayaan suku Baduy

Kekayaan masyarakat Baduy tidak bisa dilihat dari bentuk rumah yang ditinggalinya, karena rumahnya mirip. Yang membuat seseorang dianggap lebih kaya dibandingkan penghuni lainnya adalah banyaknya tembikar perunggu yang disimpan di dalam rumahnya. Status sebuah keluarga akan lebih tinggi jika mereka memiliki banyak toko tembikar di rumahnya.

5. Kehidupan mereka bergantung pada alam sekitar.

Suku Baduy sangat menghargai alam karena kehidupan mereka sangat bergantung pada alam. Mereka hidup harmonis dengan lingkungan sekitar khususnya hutan. Mereka juga efektif menjaga lingkungan agar kualitas alaminya selalu terjaga.

6. Selalu berjalan kaki saat bepergian

Saat bepergian, suku Baduy Banten tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan seperti sepeda atau sepeda motor, apalagi mobil. Keadaan ini membuat suku Baduy terkesan terisolasi dari masyarakat luar. Mereka selalu berjalan kemana-mana, bahkan saat berjualan tanaman atau kerajinan di kota.

7. Kawalu

Kawalu merupakan tradisi unik suku Baduy, yaitu berpuasa selama 3 bulan berturut-turut. Mirip dengan Nyepi di Bali, Kawalu merupakan aktivitas sakral yang tidak boleh diganggu oleh pengunjung. Saat menjalankan tradisi Kawalu, mereka berdoa memohon keselamatan dan hasil panen yang baik. Selama Kawalu, pengunjung tidak diperkenankan menginap dan hanya boleh mengunjungi desa-desa di luar Baduy.

8. Ayam adalah salah satu hidangan mewah

Meski di desa Baduy banyak terdapat ayam yang berkeliaran, namun ayam tetap menjadi menu mewah. Menu ini disantap sebulan sekali atau hanya pada saat upacara tertentu, seperti pernikahan dan acara adat lainnya. 

9. Ketaatan pada Pu'un

Pu'un merupakan pemimpin adat yang dianut suku Baduy karena mempunyai kelebihan. Pu'un bertugas menentukan waktu tanam dan panen, merawat orang sakit, dan menetapkan hukum adat bagi penduduk Baduy.

10. Perjodohan masih terjadi

Perjodohan masih banyak terjadi dan laki-laki bebas memilih perempuan Baduy yang mereka sukai. Jika tidak ada pilihan, anak harus menerima pilihan orang tuanya atau Pu'un.

11. Memainkan kecapi di malam hari

Karena terbatasnya penerangan di malam hari, masyarakat Baduy hanya bermain kecapi untuk hiburan malam sambil ngobrol. Hal kecil seperti ini sudah membuat mereka bahagia.

12. Gelas bambu

Masyarakat Baduy tidak diperkenankan menggunakan gelas dan piring untuk makan dan minum. Mereka juga menggunakan wadah minum dan tangki air yang terbuat dari bambu panjang. Kopi panas yang diseduh dengan bambu menghadirkan aroma unik dan cita rasa berbeda.

13. Impian orang tua terhadap anaknya suku Baduy

Impian orang tua terhadap anaknya sangat sederhana, yaitu bisa membantu anaknya bercocok tanam, itu saja.

14. Panen madu dan durian gratis

Desa Baduy merupakan penghasil durian yang legal. Buah ini banyak terdapat di tepian sungai dan berserakan serta busuk karena tidak ada yang memetiknya. Selain itu, Suku Baduy juga memanen madu liar dan menjualnya di pasar kota. Ada dua jenis madu yang dihasilkan suku Baduy, yaitu madu hitam yang banyak kegunaannya, dan madu biasa yang mempunyai aroma bunga yang berbeda-beda.

15. Kuburan tak bertanda

Kuburan jelek menggunakan lahan yang terletak di dalam hutan, tidak ada batu nisan, sehingga tidak ada kuburan atau batu nisan. Setelah dimakamkan, kuburan akan diratakan seperti semula. Dalam tujuh hari, lahan tersebut akan ditanami dan digunakan kembali untuk keperluan pertanian.*

Tag
Share