Gaji Honda Hanya 10 Bulan, Pemda Terkesan Kesamping pendidikan

--

KORAN DIGITAL RM - Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tidak kuasa menahan air mata, ketika membahas nasib Honorer Daerah (Honda). Tenaga pendidik dan kependididikan yang mestinya diperlakukan istimewa justru terkesan dikesampingkan. Betapa tidak, Surat Keputusan (SK) hanya berlaku 6 bulan, kemudian diperpanjang. Lebih-lebih gaji mereka tahun ini hanya 10 dari 12 bulan bekerja. 

"Di Jepang, ketika Herosima dan Nagasaki dibom, yang pertama kali ditanya oleh pemerintah, berapa guru yang tersisa. Karena pemerintah peduli dengan guru, maka Jepang menjadi negara maju," ujar Rasita. 

Dikatakan Rasita, guru Honda di Mukomuko, sepertinya dianggap tidak penting. Hal itu bisa dilihat dari perlakuan pemerintah saat ini. Para pengambil kebijakan di negeri ini, terkesan tidak peduli dengan nasib guru. 

BACA JUGA:Kapolsek Lubuk Pinang Imbau Panwascam Jaga Netralitas

"Guru di Mukomuko sepertinya dianggap tidak penting. Mereka lebih bangga ketika bisa membangun jalan atau gedung. Tapi tidak bangga untuk membangun generasi bangsa," tambah Rasita. 

Bisakah gaji Honda dibayar menggunakan Bantuan Operasional Sekolah (BOD) ? Rasita mengatakan tidak bisa. Alasan pertama, SK Honda dikeluarkan oleh pemerintah daerah, maka tidak mungkin gajinya dibayar oleh sekolah. Kecuali Honorer yang SK-nya dikeluarkan oleh Kepala Sekolah. 

Alasan lain, penggunaan BOS sudah disusun untuk kegiatan 1 tahun. Ketika diujung tahun ada biaya tambahan, maka tidak ada alokasinya. Rasita merasa aneh Ketika ada pihak yang mengatakan bahwa gaji Honda dibayar menggunakan dana BOS. 

BACA JUGA:Fisik 2023 Tuntas, Pemdes Sungai Lintang Segera Serahterima Bangunan

"Penggunaan dana BOS sudah ada aturan. Nggak bisa tiba-tiba digunakan untuk gaji Honda, yang tidak ada dalam perencanaan," tambah Rasita. 

Masih Rasita, tidak sedikit tenaga Honda yang menyandarkan hidupnya dari gaji. Dengan kata lain, tidak memiliki pekerjaan tetap selain menjadi Honda. Ketika sumber pendapatan utama ini "disumbat" dapat dibayangkan bagaimana perasaan mereka. Kebutuhan seorang Honda, bukan hanya makan dan minum, tapi juga menyekolahkan anak-anak mereka. 

BACA JUGA:Kuota Pupuk Bersubsidi di Lubuk Pinang Aman

"Saya puluhan tahun menjadi guru. Tahu persis kehidupan mereka. Demi mendidik anak bangsa, mereka rela mendapatkan gaji yang sangat kecil. Sudahlah gaji kecil, tidak dibayar penuh untuk satu tahun. Kalau membahas nasib Honorer, air mata ini nggak bisa ditahan. Kami dari PGRI sudah berjuang maksimal, tapi hasilnya belum sesuai harapan," demikian Rasita.* 

Tag
Share