Salat Subuh: Ringan dalam Gerakan, Berat dalam Pelaksanaan Berikut Keutamaanya
salat.--screnshoot dari web
koranrm.id - Fajar belum sepenuhnya merekah ketika suara azan Subuh memecah keheningan pagi. Di saat sebagian besar manusia masih terlelap, panggilan itu hadir sebagai undangan istimewa bagi jiwa-jiwa yang bersedia bangkit.
Salat Subuh sering disebut sebagai ibadah yang berat, padahal jika dilihat dari jumlah rakaat dan gerakannya, ia justru paling ringan. Di balik paradoks itulah tersimpan makna mendalam tentang keimanan, kejujuran batin, dan kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT.
Beratnya salat Subuh bukan terletak pada fisik, melainkan pada perjuangan melawan diri sendiri.
Rasa kantuk, hangatnya selimut, dan kenyamanan tidur menjadi ujian pertama yang harus ditaklukkan.
Rasulullah SAW bersabda, “Salat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah salat Isya dan salat Subuh. Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak”*(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini kerap dikutip para ulama sebagai penjelasan bahwa ukuran berat dan ringan ibadah tidak selalu sejalan dengan ukuran manusia, melainkan dengan nilai keimanan di dalam hati.
Keutamaan salat Subuh tergambar jelas dalam banyak riwayat. Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa melaksanakan salat Subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah” (HR. Muslim).
Jaminan ini bukan sekadar perlindungan fisik, melainkan perlindungan iman, ketenangan batin, dan keberkahan hidup.
Di sisi lain, Al-Qur’an juga memberikan penegasan khusus tentang salat Subuh. Dalam Surah Al-Isra ayat 78 disebutkan bahwa bacaan Subuh disaksikan oleh para malaikat.
Para mufasir menjelaskan bahwa malaikat malam dan malaikat siang bertemu pada waktu Subuh, lalu bersaksi atas siapa saja yang hadir dalam ibadah tersebut. Kesaksian ini menjadi kemuliaan tersendiri yang tidak ditemukan pada waktu salat lain. Inilah alasan mengapa Subuh memiliki posisi istimewa di sisi Allah SWT.
Rasulullah SAW memberikan teladan nyata dalam menjaga salat Subuh berjamaah. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa beliau sangat memperhatikan kehadiran para sahabat di waktu ini.
Ketidakhadiran seseorang tanpa uzur menjadi tanda yang beliau perhatikan secara serius. Hal ini menunjukkan bahwa Subuh bukan sekadar kewajiban rutin, melainkan barometer kejujuran iman.
Ibadah yang dilakukan saat tidak ada sorotan manusia inilah yang paling jujur di hadapan Allah.
Pada akhirnya, salat Subuh disebut berat karena ia menuntut kemenangan atas hawa nafsu, bukan karena tuntutan fisiknya. Justru karena ringan itulah, Allah melipatgandakan nilainya bagi mereka yang bersungguh-sungguh.
Sumber Berita
1. Al-Bukhari, *Shahih al-Bukhari*, Kitab al-Adzan.
2. Al-Qur’an al-Karim, Surah Al-Isra: 78.