Banjir Besar Berpotensi Landa Semua Kecamatan di Mukomuko
Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko, Ruri Irwandi, ST, MT--ISTIMEWA
koranrm.id - Banjir besar yang melanda provinsi tetangga, yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh menimbulkan kerugian amat besar dan menyisakan duka yang mendalam. Pasalnya selain hilangnya harta benda dan aset milik pemerintah maupun swasta, juga menyebabkan ratusan bahkan lebih dari seribu orang meninggal dunia.
Kejadian ini harus menjadi pelajaran, termasuk bagi Kabupaten Mukomuko dan Provinsi Bengkulu secara keseluruhan. Pasalnya sesuai dengan draff potensi bencana banjir dari Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Mukomuko, sebanyak 15 kecamatan punya potensi dilanda banjir bahkan banjir bandang. Untuk wilayah yang paling rawan dilanda banjir besar secara meluas adalah Kecamatan Kota Mukomuko.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mukomuko, Ruri Irwandi, ST., MT diminta penjelasannya, mengatakan wilayah Mukomuko sudah berulangkali dilanda banjir walau tidak begitu parah seperti yang terjadi di Sumbar, Sumut dan Aceh saat ini. Namun potensi terjadinya banjir besar ada di Mukomuko. Ini perlu diwaspadai bersama oleh masyarakat.
"Kita sudah sering mengalami banjir di beberapa daerah, sebetulnya potensi banjir itu ada di 15 kecamatan. Untuk wilayah Kota Mukomuko potensi dilanda banjir besar lebih kuat," katanya.
Banjir besar dengan membawa material kayu dari hulu seperti di Sumbar, Sumut dan Aceh ada di semua sungai besar di Mukomuko, seperti sungai Manjuto, Sungan Selagan, Sungai Bantal, Sungai Teramang hingga Air Muwar di Ipuh. Sebab sungai ini berhulu di kawasan hutan yang umumnya sudah mengalami kerusakan, baik pembalakan liar maupun berubah menjadi perkebunan kelapa sawit.
Selain itu, banjir rawan terjadi dampak dari kondisi sanitasi yang ada di berbagai kecamatan di Mukomuko tidak lancar, terutama wilayah Kota Mukomuko dengan bangunan yang cukup padat. Ini tentu akan menjadi perhatian pemerintah dan seluruh masyarakat dengan menjaga lingkungan terutama sanitasi. Dan juga masalah perusakan hutan ini harus dihentikan.
"Banjir bisa disebabkan luapan sungai yang membawa berbagai material kayu, juga bisa dikarenakan kondisi sanitasi seperti siring-siring yang mapet," tuturnya.
Bahkan menurutnya, umumnya sungai di Mukomuko memiliki potensi mengalami longsor, terutama wilayah DAS yang sudah rusak. Artinya banjir juga bisa menimbulkan luapan lumpur seperti yang terjadi saat ini di provinsi tetangga.
"Walaupun gunung jauh, longsor bisa terjadi di sekitar sungai Mukomuko, itu sudah banyak yang terjadi. Kalau banjir besar bisa saja longsor dan membawa luapan lumpur masuk wilayah perkampungan," tutupnya.
Untuk diketahui, dari dari BNPB jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsosor 964 jiwa. Korban hilang masih 264 jiwa. Berdasarkan wilayah, untuk Provinsi Aceh korban meninggal dunia berjumlah 391 jiwa dan hilang 31 jiwa. Sedangkan, Sumatera Utara jumlah meninggal dunia sebanyak 338 jiwa dan hilang 138 jiwa serta 45.503 tercatat masih mengungsi. Untuk Sumatera Barat total korban meninggal dunia berjumlah 235 jiwa, 95 hilang, dan 20.474 masih mengungsi.