Bendung Irigasi Air Dikit Kecil Direncanakan Dibangun Kembali pada 2026
Bendung irigasi Air Dikit Kecil di Desa Penarik akan dibangun tahun depan.-Sahad-Radar Mukomuko
koranrm.id – Pemerintah Kabupaten Mukomuko melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) merencanakan pembangunan kembali Bendung Irigasi Air Dikit Kecil di Desa Penarik, Kecamatan Penarik, yang jebol akibat banjir sekitar delapan bulan lalu.
Pembangunan bendungan ini dijadwalkan mulai tahun 2026, dengan tujuan utama menyelamatkan sisa lahan persawahan warga yang belum beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Mukomuko, Bambang Parianto, mengatakan pembangunan kembali bendungan bersifat mendesak karena menjadi kunci untuk menahan laju alih fungsi lahan pertanian.
“Jika tahun depan sudah ada anggarannya, pembangunan bisa dimulai pada 2026. Saat ini sawah yang tersisa hanya sekitar empat hingga lima hektare. Itu pun belum semuanya produktif,” ungkap Bambang, Senin (4/8).
Ia menjelaskan, bendung irigasi yang rusak tersebut sebelumnya memanfaatkan air limbah rumah tangga dan usaha masyarakat untuk mengairi lahan pertanian. Namun, sejak jebol, sistem irigasi tidak lagi berfungsi optimal dan menyebabkan petani gagal panen.
BACA JUGA:Mantan Cawabup Dikabarkan Akan Maju Lagi di Pilkades PAW Tunggal Jaya
Rencana awal pembangunan bendung sebenarnya telah diajukan tahun ini. Namun, keterbatasan anggaran menjadi kendala utama.
“Berdasarkan petunjuk teknis, bendung lama selebar 12 meter harus dibongkar, kemudian dibangun kembali dengan konstruksi baru. Kebutuhan anggarannya sekitar Rp120 juta, sedangkan dana yang tersedia di dinas hanya berkisar Rp10 juta hingga Rp20 juta,” jelasnya.
Akibat kerusakan irigasi yang tak kunjung diperbaiki, petani di Desa Penarik banyak yang mengalihkan fungsi lahan sawah menjadi kebun kelapa sawit.
Ketua Kelompok Tani Maju Makmur, Sudianto, mengatakan perubahan ini terjadi secara masif sejak irigasi rusak.
“Sudah hampir delapan bulan irigasi dibiarkan rusak. Petani tidak punya pilihan selain menanam sawit. Sekarang dari 70 hektare sawah yang dulu ada, tinggal sekitar dua hektare yang masih bertahan, itu pun ditanami jagung,” ujarnya.
BACA JUGA:Fisik DD Tahap II Talang Sepakat Fokus Ke Lampu Penerangan Lingkungan
Menurutnya, kondisi geografis lahan sawah yang lebih tinggi dari permukaan sungai membuat pengairan mustahil tanpa sistem irigasi.
“Tanpa air, jangankan menanam padi, untuk palawija seperti jagung atau sayuran saja sangat sulit,” pungkas Sudianto.