Tradisi Trafi Asam Urat Dengan Cara Dipukul Dengan Kayu Scara Perlahan Hingga Hilang Rasa Sakitnya
Tradisi Trafi Asam Urat Dengan Cara Dipukul Dengan Kayu Scara Perlahan Hingga Hilang Rasa Sakitnya--screenshot dari web.
Koranrm.id-Tradisi ini mungkin terdengar asing atau bahkan mengerikan bagi sebagian besar masyarakat perkotaan yang terbiasa dengan pengobatan modern dan minim rasa sakit.
Namun, di desa-desa tua di wilayah Sumatera Barat, Bengkulu, atau sebagian Kalimantan, trafi masih dijalankan dengan keyakinan penuh oleh para pelakunya.
Bukan karena mereka anti-medis atau buta ilmu, melainkan karena warisan leluhur telah membentuk pemahaman lain soal tubuh, penyakit, dan penyembuhan.
Praktik trafi bukan sekadar teknik memukul tubuh secara sembarangan. Ada tata cara, teknik, dan pengetahuan lokal yang mengaturnya.
Biasanya dilakukan oleh seorang yang dipercaya memiliki pengalaman puluhan tahun dalam mengenali titik-titik penyumbatan dalam aliran darah atau sendi.
Dengan menggunakan kayu pipih, bambu pipih, atau kadang-kadang tangan kosong, sang penyembuh memukul bagian tubuh penderita secara ritmis.
Rasa sakit adalah bagian dari proses hingga keluar bintik hitam. Tubuh memerah, bahkan lebam. Tapi bagi banyak warga yang telah merasakannya, sakit itu adalah awal dari kesembuhan.
Menurut penuturan Pak Mul, penerafi asam urat dengan cara dipukul yang berlokasi SP2 Air Manjunto Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.
Trafi bukan sekadar teknik, melainkan proses yang menyatukan tubuh dengan alam. “Asam urat itu karena ada purin yang menghalangi alias macet.
Darahnya berhenti. Kalau cuma diurut, dia lari, sembunyi, tapi tidak keluar.
BACA JUGA:Obat Herbal Penurun Darah Tekanan dari Rempah Nusantara
Makanya harus dipukul. Didorong, dipaksa keluar melalui urin. Maka saat sedang di pukul harus berdiri,” ujarnya.
Ia mengaku telah menyembuhkan ratusan warga desa hanya dengan sepotong kayu dan beri minyak kayu lawang .. Meski tidak semua orang sembuh total, banyak yang mengaku jauh lebih ringan dan bertenaga selepas ditrafi.
Fenomena ini menyimpan paradoks yang menarik di tengah kemajuan dunia kedokteran. Asam urat, dalam istilah medis, merupakan bentuk arthritis yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di sendi, umumnya karena gangguan metabolisme purin.
Biasanya pengobatannya melibatkan obat antiinflamasi, pengontrol kadar asam urat dalam darah, serta perubahan gaya hidup.
Namun bagi sebagian masyarakat, terutama yang tinggal jauh dari akses fasilitas kesehatan, pendekatan seperti trafi terasa lebih “masuk akal” dan terjangkau.
Dalam praktiknya, trafi tidak dilakukan secara sembarangan. Waktu pelaksanaan biasanya dilakukan sore hari, saat tubuh sudah tidak terlalu aktif.
Lokasinya bisa di beranda rumah, di halaman, atau bahkan di dalam rumah. Sang pasien akan diminta berdiri tidak boleh duduk atau berbaring, kecuali duduk kursi, lalu bagian tubuh yang sakit dipukul dengan irama teratur.
Suara pukulan yang bergema di kulit menciptakan semacam musik yang hanya dimengerti oleh mereka yang pernah merasakannya.
Efek setelah trafi pun beragam. Beberapa orang mengaku tubuhnya ringan, rasa nyeri sendi hilang dalam semalam.
Ada pula yang mengalami pegal selama beberapa hari sebelum pulih sepenuhnya. Lebam dan warna biru keunguan adalah hal lumrah, bahkan dianggap sebagai tanda bahwa “angin” atau “penyumbatan” dalam tubuh telah keluar.
Pasien kebayakan hanya dianjurkan duakali trapi dengan jarak dua minggiu satu kali, Bahkan ada yang varu satu kali sja trafi sudah sembuh.
Meski tidak selalu sesuai logika medis, pengalaman empirik ini membentuk keyakinan kolektif yang sulit dipatahkan hanya dengan teori.
Meski demikian, trafi bukan tanpa kritik. Kalangan medis sering memperingatkan risiko dari praktik ini, terutama jika dilakukan oleh orang yang tidak memahami struktur tubuh manusia.
Pukulan keras dapat menyebabkan trauma jaringan lunak, pendarahan dalam, atau bahkan kerusakan permanen pada sendi.
Namun di sisi lain, pengakuan atas perbaikan kondisi setelah trafi tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam ilmu kedokteran Timur seperti akupresur atau refleksi, konsep serupa pun dikenal: tekanan atau stimulasi pada titik tertentu dapat melancarkan energi atau sirkulasi darah.(aka)