Asam Urat atau Rematik Kenali Perbedaannya Sebelum Terlambat

Asam Urat atau Rematik Kenali Perbedaannya Sebelum Terlambat--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Gangguan pada persendian seperti nyeri, bengkak, dan kaku kerap dikaitkan dengan dua kondisi yang sering disalahartikan, yaitu asam urat dan rematik. Keduanya sama-sama menyerang sistem sendi, namun memiliki penyebab, gejala, hingga pengobatan yang berbeda. Kurangnya pemahaman terhadap perbedaan mendasar antara asam urat dan rematik berisiko menyebabkan diagnosa keliru, pengobatan tidak tepat, bahkan komplikasi yang bisa merusak kualitas hidup seseorang secara signifikan.
Asam urat, atau dalam istilah medis disebut gout, adalah bentuk radang sendi yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam sendi. Kristal ini terbentuk saat kadar asam urat dalam darah meningkat melebihi batas normal dan tidak dapat dibuang sempurna oleh ginjal. Pemicu utamanya sering berasal dari pola makan tinggi purin seperti jeroan, daging merah, makanan laut, serta konsumsi alkohol atau minuman berpemanis fruktosa. Gejala khas asam urat muncul secara tiba-tiba, ditandai dengan nyeri tajam pada satu sendi, biasanya jempol kaki, disertai kemerahan dan pembengkakan ekstrem.
BACA JUGA:Gak Perlu ke Laundry! Ini 3 Tips Cuci Baju Sendiri Tapi Wangi Tahan Lama
BACA JUGA:Manisnya Hasil Tanam Sendiri Panduan Lengkap Menanam Labu Madu di Rumah
Sementara itu, rematik—lebih dikenal dalam dunia medis sebagai rheumatoid arthritis (RA)—merupakan penyakit autoimun kronis yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sendi. Penyebabnya tidak berhubungan dengan makanan atau asupan zat tertentu, melainkan karena gangguan pada sistem imun yang secara keliru menyerang tubuh sendiri. Gejala rematik biasanya lebih menyebar dan bersifat simetris, artinya menyerang kedua sisi tubuh secara bersamaan seperti kedua pergelangan tangan atau lutut. Rasa nyeri pada rematik bersifat menetap, disertai kekakuan sendi di pagi hari yang berlangsung lebih dari satu jam.
Perbedaan penting lainnya terletak pada lokasi serangan. Asam urat cenderung menyerang satu sendi dalam satu waktu, dan lokasi favoritnya adalah sendi kecil di jempol kaki. Sebaliknya, rematik menyerang sendi kecil dan besar secara merata, termasuk tangan, siku, lutut, dan pergelangan kaki, serta berkembang secara progresif jika tidak ditangani. Pada asam urat, serangan bersifat episodik, artinya bisa muncul mendadak lalu hilang, sedangkan rematik bersifat kronis dan terus berkembang.
BACA JUGA:Bagus Untuk Kaum Jompo, 5 Bahan Herbal Ini Bisa Meredakan Nyeri Sendi
Diagnosis kedua penyakit ini juga membutuhkan pendekatan berbeda. Untuk asam urat, pemeriksaan laboratorium yang mengukur kadar asam urat dalam darah, serta analisa cairan sendi untuk mendeteksi kristal urat, menjadi kunci. Sedangkan untuk rematik, tes faktor reumatoid (RF), anti-CCP, dan laju endap darah (LED) digunakan untuk mengkonfirmasi adanya peradangan akibat gangguan autoimun. Dokter juga biasanya melakukan pencitraan seperti rontgen atau MRI untuk melihat sejauh mana kerusakan sendi telah terjadi.
Pengobatan asam urat berfokus pada dua hal utama: meredakan serangan akut dan menurunkan kadar asam urat dalam darah. Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS), kolkisin, atau kortikosteroid biasanya diberikan saat serangan berlangsung. Untuk jangka panjang, pasien dianjurkan mengonsumsi obat penurun kadar asam urat seperti allopurinol serta mengadopsi pola hidup sehat dengan menghindari makanan tinggi purin, rutin minum air putih, dan menjaga berat badan.
BACA JUGA:Kesegaran Cincau Hitam, Rahasia Minuman Legendaris dan Cara Membuatnya Sendiri
Sedangkan pengobatan rematik membutuhkan penanganan jangka panjang yang lebih kompleks karena berkaitan dengan sistem imun. Dokter biasanya memberikan obat anti-rematik seperti methotrexate, terapi biologis, hingga kortikosteroid untuk mengendalikan peradangan. Fisioterapi dan latihan fisik juga menjadi bagian penting agar sendi tetap berfungsi optimal. Karena bersifat autoimun, rematik tidak dapat disembuhkan total, namun pengelolaan yang tepat dapat memperlambat perkembangan dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Dari sisi populasi, asam urat lebih sering terjadi pada pria usia di atas 30 tahun, sementara rematik lebih banyak menyerang wanita, terutama antara usia 30 hingga 60 tahun. Faktor genetik juga berperan pada kedua penyakit ini, tetapi pada rematik, stres dan infeksi tertentu dapat memicu kekambuhan, berbeda dengan asam urat yang sangat dipengaruhi gaya hidup dan pola makan.
Mengetahui perbedaan antara asam urat dan rematik menjadi penting untuk mencegah kesalahan dalam penanganan awal. Banyak kasus pasien mengobati diri sendiri karena mengira nyeri sendi yang dialami adalah asam urat, padahal bisa saja merupakan gejala rematik yang membutuhkan terapi jangka panjang. Ketidaktepatan ini bukan hanya memperlambat pemulihan, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen yang sulit dikembalikan.
Peran edukasi publik sangat krusial dalam meningkatkan pemahaman tentang gangguan sendi ini. Informasi yang tepat akan membantu masyarakat lebih waspada terhadap gejala yang mereka alami dan segera berkonsultasi dengan dokter. Pemeriksaan rutin, pola makan seimbang, aktivitas fisik yang cukup, serta kesadaran akan riwayat keluarga juga menjadi langkah preventif yang sangat berguna dalam menangkal dua penyakit ini sejak dini.
Dalam konteks sistem kesehatan nasional, tingginya kasus asam urat dan rematik menuntut kolaborasi antara fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan edukator masyarakat. Kampanye kesadaran melalui media sosial, posyandu lansia, hingga layanan primer menjadi strategi penting untuk menjangkau masyarakat luas. Penyediaan layanan deteksi dini di puskesmas dan pelatihan kader kesehatan mengenai gejala awal kedua penyakit ini bisa menurunkan angka komplikasi di masa mendatang.
BACA JUGA:Tubuh Sendiri Jadi Musuh Kenali Gejala Penyakit Autoimun Sebelum Terlambat!
BACA JUGA:Bangun Rumah Sendiri atau KPR? Dilema Mencari Hunian Impian
Dengan semakin mudahnya akses informasi dan teknologi medis, masyarakat memiliki peluang lebih besar untuk mengelola kesehatannya secara mandiri dan efektif. Namun, kesalahan persepsi antara asam urat dan rematik tetap harus diperbaiki secara sistematis. Ketepatan diagnosis dan pengobatan bukan hanya tanggung jawab dokter, melainkan juga membutuhkan partisipasi aktif dari pasien yang sadar akan kondisi tubuhnya sendiri.
Membedakan antara asam urat dan rematik bukanlah sekadar soal nama penyakit, melainkan soal arah penanganan yang sangat menentukan nasib pasien di masa depan. Semakin cepat kita memahami perbedaan keduanya, semakin besar peluang untuk menjalani hidup yang sehat dan bebas dari nyeri sendi kronis.
________________________________________
Referensi:
1. Dalbeth, N., Merriman, T. R., & Stamp, L. K. (2016). Gout. The Lancet, 388(10055), 2039–2052.
2. Smolen, J. S., Aletaha, D., & McInnes, I. B. (2016). Rheumatoid arthritis. The Lancet, 388(10055), 2023–2038.
3. Kementerian Kesehatan RI. (2022). Kenali Perbedaan Asam Urat dan Rematik.
4. Mayo Clinic. (2024). Gout and rheumatoid arthritis: What’s the difference? Retrieved from www.mayoclinic.org
5. American College of Rheumatology. (2023). Diagnosis and Management of Gout and Rheumatoid Arthritis.