Galungan, Perayaan Tri Hita Karana di Pulau Dewata

Galungan, Perayaan Tri Hita Karana di Pulau Dewata--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Galungan, lebih dari sekadar hari raya keagamaan di Bali, merupakan perayaan monumental yang memperteguh ikatan spiritual antara manusia, alam, dan Tuhan. Merupakan perayaan kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan), Galungan menjadi momen introspeksi diri, refleksi atas perjalanan hidup, dan perwujudan rasa syukur atas limpahan anugerah Sang Hyang Widhi Wasa. Lebih dari itu, Galungan juga menjadi manifestasi dari Tri Hita Karana, filosofi Bali yang menekankan keseimbangan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan.
Makna Mendalam di Balik Perayaan
BACA JUGA:Asap dan Doa, Mengupas Fungsi Dupa dalam Berbagai Tradisi Penyembahan
BACA JUGA:Lukisan Kulit, Mengungkap Makna Tato Tradisional Suku Kalinga, Filipina
Galungan dirayakan setiap 210 hari sekali, berdasarkan perhitungan kalender Bali (Pawukon). Perayaan ini berlangsung selama sepuluh hari, diawali dengan Penampahan Galungan (hari sebelum Galungan) dan diakhiri dengan Kuningan (sepuluh hari setelah Galungan). Puncak perayaan jatuh pada hari Galungan itu sendiri, yang dirayakan dengan penuh khidmat dan kegembiraan.
Hari raya Galungan memiliki makna filosofis yang mendalam. Ia melambangkan kemenangan kebenaran atas kejahatan, kebaikan atas keburukan, dan dharma atas adharma. Perayaan ini mengingatkan kita akan pentingnya selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan merayakan Galungan, umat Hindu Bali berharap dapat memperoleh penyucian diri dan memperoleh berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
BACA JUGA:Alat Musik Tradisional di Gunakan Untuk Berkomunikasi, Ini 7 Contoh Alat Komunikasi Tradisional
Ritual dan Tradisi yang Unik
Persiapan perayaan Galungan dimulai jauh sebelum hari H. Masyarakat Bali akan membersihkan rumah dan lingkungan sekitar, mempersiapkan sesajen (persembahan) yang beragam, dan membuat penjor (hiasan bambu yang dihias dengan janur dan berbagai perlengkapan upacara). Penjor yang berdiri tegak di depan rumah menjadi simbol penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan alam semesta.
Pada hari Penampahan Galungan, masyarakat Bali akan sibuk mempersiapkan berbagai macam makanan khas Galungan, seperti bubuh injin (bubur ketan hitam), jaja batun bedil (kue beras ketan), lawar (campuran daging dan sayuran), dan berbagai jenis kue tradisional lainnya. Makanan-makanan ini disiapkan tidak hanya untuk dikonsumsi keluarga, tetapi juga sebagai bagian dari sesajen yang akan dipersembahkan di tempat-tempat suci.
Puncak perayaan Galungan ditandai dengan upacara sembahyang di rumah dan pura (tempat suci). Umat Hindu Bali akan berdoa dan memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa, memohon perlindungan, dan menyampaikan rasa syukur atas limpahan karunia-Nya. Suasana khidmat dan penuh kekaguman akan menyelimuti seluruh pelosok Bali pada hari Galungan.
Sepuluh hari setelah Galungan, perayaan diakhiri dengan Kuningan. Pada hari Kuningan, umat Hindu Bali akan kembali melakukan upacara sembahyang dan mempersembahkan sesajen sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan berkah yang telah diterima selama perayaan Galungan.
BACA JUGA:Ogoh-ogoh, Simbol Kekuatan dan Seni Rupa dalam Tradisi Hari Raya Nyepi
Tri Hita Karana dalam Perayaan Galungan
Perayaan Galungan secara utuh merepresentasikan filosofi Tri Hita Karana. Keseimbangan harmonis antara manusia dengan Tuhan tercermin dalam berbagai ritual dan doa yang dipanjatkan selama perayaan. Keseimbangan antara manusia dengan manusia terlihat dalam gotong royong mempersiapkan perayaan, saling berbagi makanan, dan mempererat tali persaudaraan. Sementara itu, keseimbangan antara manusia dengan lingkungan diwujudkan melalui upaya menjaga kebersihan lingkungan dan menghormati alam semesta.
Galungan sebagai Simbol Persatuan dan Kesatuan
Galungan tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kesatuan masyarakat Bali. Perayaan ini mampu menyatukan seluruh lapisan masyarakat, dari berbagai suku dan golongan, dalam satu rasa kebersamaan dan kegembiraan. Galungan menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kerukunan dan persatuan dalam kehidupan bermasyarakat.
Galungan merupakan perayaan yang sarat makna dan nilai-nilai luhur. Lebih dari sekadar hari raya keagamaan, Galungan merupakan perwujudan dari filosofi Tri Hita Karana dan simbol persatuan masyarakat Bali. Perayaan ini mengingatkan kita akan pentingnya selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan keadilan, serta menjaga keseimbangan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. Melalui perayaan Galungan, kita dapat merefleksikan perjalanan hidup, meningkatkan spiritualitas, dan mempererat tali persaudaraan. Semoga semangat Galungan selalu menginspirasi kita untuk hidup lebih baik dan bermanfaat bagi sesama.