Petani Selagan Raya Masih Mengandalkan Kimia
Petani Selagan Raya Masih Mengandalkan Kimia--
KORAN DIGITAL RM – Masyarakat Kecamatan Selagan Raya, telah bersawah sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam. Bersawah sudah dilakukan secara turun-temurun. Beda generasi, beda juga cara menanam padi. Awalnya petani memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) untuk mengatasi hama dan penyakit. Diiringi dengan doa. Oleh karena itu ada tradisi ‘Menjeput semangat padi’.
Seiring dengan kemajuan zaman, petani Selagan Raya, dan kebayakan petani di Mukomuko, diperkenalkan dengan pupuk dan insektisida kimia. Dan petani juga telah membuktikan, bahwa barang-barang sintentis tersebut mampu meningkatkan hasil produksi, serta mampu mengatasi hama dan penyakit. Tidak heran kiranya, jika petani di Selagan Raya, khusus dan Mukomuko pada umumnya, masih mengandalkan kimia untuk tanamannya. Baik tanaman padi, holtikultura, maupun tanaman tahunan, khususnya sawit.
Selama bertahun-tahun petani sudah memanfaatkan barang-barang kimia. Tanpa disadari ada efek negativ yang ditimbulkan. Selain residu pada hasil panen, tanah juga menjadi rusak.
BACA JUGA:Dinding Penahan Ombak Penuh Coretan, Ini Solusinya
BACA JUGA:Warga Diminta Tidak Buang Sampah Ke Sungai
Efek penggunaan bahan kimia ini, sepertinya belum banyak dipertimbangkan oleh petani. Oleh karena itu, petani masih sepenuhnya percaya dengan bahan kimia.
Ketika pemerintah ingin mengembalikan petani menggunakan pupuk organik, butuh proses. Tidak mudah merubah pola pikir masyarakat yang sudah terlanjur percaya dengan kimia. Banyak hal yang membuat petani, bukan hanya di Selagan Raya, sulit beralih ke organik.
Pertama pupuk kimia lebih murah dibandingkan pupuk organik, pabrikan. Pasalnya pupuk kimia mendapatkan subsidi dari pemerintah. Dan untuk mendapatkan pupuk kimia juga dibantu oleh pemerintah. Alasan lain, pupuk kimia dampaknya terhadap tanaman cepat terlihat. Hanya dengan perhitungan hari, tanaman sudah menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pupuk organik, prosesnya lambat.
‘’Pemerintah menggalakan penggunaan pupuk organik. Kami petugas penyuluh lapangan, sudah melakukan sosialisasi. Sejauh ini petani belum memberikan respon yang signifikan. Petani lebih yakin menggunakan kimia,’’ ujar salah seorang PPL, Hendri, SP, Senin 5 Februari 2024.
BACA JUGA:Petani Lubuk Sanai Butuh Bantuan Alsintan
BACA JUGA:Mantap! 16 Desa Kecamatan Ipuh Tinggal Nunggu Proses Pencairan
Hendri juga menyampaikan, selaku PPL telah menjelaskan kepada petani efek dari penggunaan kimia. Terutama terhadap tanah. Semakin lama menggunakan pupuk kimia, membuat tanah semakin gersang. Dibutuhkan dosis kimia yang lebih tinggi agar tanaman tumbuh optimal. Dampaknya tanah semakin cepat rusak.
‘’Dalam waktu 5 tahun kedepan, sawah di Selagan Raya, akan sangat kritis. Untuk mengembalikan kesuburannya, harus menggunakan pupuk organik. Nggak mungkin kita mewariskan tanah yang rusak ini kepada anak cucu,’’ pungkas Hendri.*