Makanan Masa Depan Apakah Serangga Akan Menjadi Sumber Protein Utama
Makanan Masa Depan Apakah Serangga Akan Menjadi Sumber Protein Utama.--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Dalam beberapa tahun terakhir, dunia mulai mencari alternatif sumber protein yang lebih berkelanjutan dibandingkan dengan daging konvensional. Salah satu solusi yang banyak diperbincangkan adalah konsumsi serangga sebagai sumber protein utama. Meskipun terdengar tidak biasa bagi sebagian masyarakat, serangga telah dikonsumsi oleh berbagai budaya selama berabad-abad dan kini mulai mendapat perhatian sebagai makanan masa depan yang potensial (van Huis et al., 2013).
Serangga mengandung protein tinggi, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Beberapa jenis serangga seperti jangkrik, belalang, dan ulat sagu memiliki kandungan protein yang setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi atau ayam. Selain itu, serangga memiliki rasio konversi pakan yang lebih efisien, artinya mereka membutuhkan lebih sedikit makanan dan air untuk menghasilkan jumlah protein yang sama dibandingkan ternak konvensional (FAO, 2021).
BACA JUGA:Perisai Alami Anti Serangga, Racikan Bahan Tradisional untuk Rumah Bebas Hama
BACA JUGA:Basmi Serangga Pengganggu di Rumah Panduan Ampuh dan Ramah Lingkungan
Meskipun konsumsi serangga terdengar asing bagi sebagian masyarakat Barat, lebih dari dua miliar orang di dunia telah memasukkan serangga dalam pola makan mereka, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Negara-negara seperti Thailand, Meksiko, dan Kongo memiliki tradisi panjang dalam mengonsumsi serangga sebagai bagian dari diet sehari-hari mereka. Bahkan, di beberapa negara Eropa, serangga mulai diolah menjadi camilan sehat atau bahan makanan berbasis tepung serangga (Dobermann et al., 2017).
Industri serangga sebagai sumber protein telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia. Banyak perusahaan di Eropa dan Amerika Utara mulai memproduksi serangga dalam skala besar untuk konsumsi manusia maupun pakan ternak. Belanda, Belgia, dan Kanada menjadi pionir dalam pengembangan teknologi produksi serangga dengan fasilitas peternakan modern yang mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan standar keamanan pangan yang ketat (EFSA, 2021).
Perubahan pola konsumsi manusia tidak terjadi secara instan, tetapi tren menunjukkan peningkatan minat terhadap serangga sebagai alternatif pangan. Dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan dan kebutuhan akan sumber protein yang lebih ramah lingkungan, diperkirakan dalam satu hingga dua dekade mendatang, produk berbasis serangga akan menjadi lebih umum di pasar global. Dukungan dari pemerintah dan organisasi internasional dalam bentuk regulasi serta kampanye edukasi juga berperan penting dalam percepatan adopsi serangga sebagai bahan pangan utama (Halloran et al., 2020).
BACA JUGA:Kupu Kupu Serangga Bersayap Memiliki Wujud Indah, Simak Penjelasannya disini!
Populasi dunia yang terus bertambah dan keterbatasan sumber daya alam menjadikan serangga sebagai solusi potensial untuk ketahanan pangan. Serangga membutuhkan lebih sedikit lahan, air, dan pakan dibandingkan dengan ternak konvensional, sehingga lebih berkelanjutan dalam jangka panjang. Selain itu, serangga dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh industri peternakan, yang merupakan salah satu penyumbang terbesar perubahan iklim global (FAO, 2021).
Salah satu tantangan terbesar dalam memperkenalkan serangga sebagai makanan utama adalah persepsi negatif masyarakat. Banyak orang masih merasa jijik atau enggan mencoba makanan berbasis serangga. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan inovatif dalam memproses serangga menjadi bentuk yang lebih familiar, seperti tepung serangga yang dapat digunakan dalam pembuatan roti, pasta, atau protein bar. Selain itu, edukasi dan kampanye kesadaran tentang manfaat serangga bagi kesehatan dan lingkungan juga dapat meningkatkan penerimaan masyarakat (Gmuer et al., 2016).
Makanan berbasis serangga memiliki potensi besar untuk menjadi sumber protein utama di masa depan. Dengan kandungan nutrisi yang tinggi, efisiensi produksi yang lebih baik, dan dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan peternakan konvensional, serangga menawarkan solusi berkelanjutan untuk kebutuhan pangan global. Namun, tantangan dalam hal penerimaan konsumen masih harus diatasi melalui edukasi, inovasi produk, dan dukungan kebijakan yang lebih luas.
BACA JUGA:Rasa Lain dari Thailand, Petualangan Kuliner Serangga Goreng
Referensi
• Dobermann, D., Swift, J. A., & Field, L. M. (2017). Opportunities and hurdles of edible insects for food and feed.
• EFSA. (2021). Risk profile related to production and consumption of insects as food and feed.
• FAO. (2021). Edible insects: Future prospects for food and feed security.
• Gmuer, A., Guth, J. N., Hartmann, C., & Siegrist, M. (2016). Effects of communication on the acceptance of edible insects.
• Halloran, A., Roos, N., & Hanboonsong, Y. (2020). Edible Insects in Sustainable Food Systems.
• van Huis, A., Van Itterbeeck, J., Klunder, H., Mertens, E., Halloran, A., Muir, G., & Vantomme, P. (2013). Edible insects: Future prospects for food and feed security.