radarmukomukobacakoran.com-Wang Ning, CEO dari perusahaan mainan Pop Mart, tengah merasakan manisnya kesuksesan. Berkat popularitas boneka Labubu yang menawan, namanya kini tercantum dalam daftar 100 orang terkaya di China versi Forbes. Kekayaannya yang mencapai US$5,5 miliar, meningkat drastis dari US$4,1 miliar pada laporan sebelumnya.
Labubu, boneka mungil dengan mata bulat dan wajah imut, telah mencuri hati jutaan penggemar di seluruh dunia. Popularitasnya semakin melejit setelah banyak selebriti memamerkan koleksi Labubu mereka di media sosial.
Keberhasilan Labubu membawa angin segar bagi Pop Mart. Pendapatan perusahaan pada semester pertama tahun 2024 melonjak hampir dua pertiga menjadi 4,6 miliar yuan (sekitar US$642 juta), dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan di luar China pun mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan mencapai sepertiga dari total penjualan.
BACA JUGA:Simak! Apa Saja Tanaman yang Bisa Mengusir Tikus
BACA JUGA: Kedung Darmo Surga Tersembunyi di Hutan Malang
BACA JUGA:5 Jamu Pelancar ASI Rahasia Susu
Meskipun China masih menjadi pasar utama, Pop Mart tengah gencar melakukan ekspansi ke pasar internasional. Asia Tenggara menjadi wilayah dengan pertumbuhan tercepat, dengan penjualan online melalui platform seperti Lazada dan Shopee. Pop Mart juga berencana untuk menggandakan jumlah tokonya di Amerika Serikat menjadi 20 pada akhir tahun ini.
Kesuksesan Pop Mart tidak lepas dari strategi inovatif Wang Ning. Ia mendekati para seniman untuk mengembangkan patung dan boneka kecil yang unik, yang kemudian dijual di tokonya. Salah satu kolaborasi yang paling menonjol adalah dengan Kenny Wong dari Hong Kong, yang mendesain boneka Molly dengan mata besar dan wajah bulat.
Sejak bergabungnya Wong dan Molly pada tahun 2016, penjualan Pop Mart meroket. Pada tahun 2017, pendapatan perusahaan mencapai US$22 juta, dan setahun kemudian melonjak menjadi US$73 juta. Di tengah pandemi, bisnis Pop Mart justru semakin melesat. Pada tahun 2020, pendapatan perusahaan melipatgandakan diri menjadi US$256,8 juta, dan mereka bahkan berhasil mengamankan kesepakatan lisensi dengan Walt Disney dan Universal Studios.
Kini, Pop Mart telah memiliki 500 toko yang tersebar di seluruh dunia. Perusahaan ini berkolaborasi dengan puluhan seniman dan menguasai 8,5% pasar mainan di China. Pop Mart juga menawarkan 85 produk yang merupakan kekayaan intelektualnya sendiri, dan menyelenggarakan konvensi mainan terbesar di China.
Kisah sukses Wang Ning dan Pop Mart membuktikan bahwa kreativitas, inovasi, dan strategi pemasaran yang tepat dapat membawa perusahaan menuju puncak kesuksesan. Demam Labubu yang menjangkit dunia menunjukkan bahwa pasar mainan masih memiliki potensi besar untuk berkembang, terutama di era digital yang penuh dengan peluang.