Petani Harus Semakin Cerdas

Kamis 03 Oct 2024 - 20:17 WIB
Reporter : SAHAD
Editor : SAHAD

radarmukomukobacakoran.com - Zaman semakin maju, teknologi terus berkembang. Agar tidak tergilas zaman, maka harus mengikuti kemajuan zaman. Mengikuti kemajuan zaman, perlu disesuaikan dengan bidang kehidupan masing-masing. 

Sukawi, warga Desa Ranah Karya, Kecamatan Lubuk Pinang merupakan salah seorang petani sawah yang mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. 

Sejak 2020 lalu, ia mulai mengurangi ketergantungan dengan unorganik. Baik pupuk unorganik, pestisida unorganik maupun fungisida unorganik. 

Sedikit demi sedikit, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Harapan Karya ini, memasukkan Bahan Organik (BO) ke sawah miliknya. Tujuannya untuk mengurangi biaya produksi sekaligus meningkatkan hasil produksi. 

"Dengan menggunakan pupuk organik, saya bisa hemat biaya produksi hingga 50 persen," ujar Sukawi kepada wartawan koran ini, Kamis 3 September 2024.

BACA JUGA:Peran Mees Hilgers dan Eliano Reijnders di Timnas Indonesia

Dikatakan Sukawi, BO yang digunakan berasal dari kotoran sapi yang dipelihara sendiri. Dengan kata lain, BO yang digunakan tidak beli. 

Diceritakan Sukawi, dirinya memiliki beberapa ekor sapi, sebagian dipelihara dengan cara digembalakan, sebagian lain dikandangkan. 

"Saya memelihara sapi dikandangkan. Kotorannya kita ambil untuk pupuk tanaman padi. Baik kotoran padat maupun kotoran cair. Setelah panen,  jeraminya bisa untuk pakan sapi, " ungkap Sukawi. 

Dikatakan Sukawi, dalam hal menanam padi dirinya tidak bisa meninggalkan unorganik, tapi tidak bisa juga tergantung sepenuhnya dengan unorganik. 

"Harga pupuk dan pestisida non organik terus naik. Disisi lain produktifitas sawah segitu-gitu juga. Oleh karena itu, kita cari solusi untuk mengurangi biaya produksi. Caranya tanam padi semi organik," paparnya. 

BACA JUGA:Kecewa, Warga Rawa Mulya Tanam Pohon Pisang di Tengah Jalan

Sukawi terus belajar cara membuat pupuk organik yang baik. Setelah menggeluti organik berupa kotoran sapi, ditingkatkan dengan belajar membuat formula yang berfungsi mengembalikan kesuburan tanah, ia membuat F1 Embio. 

"Dulu saya berpikir bahwa kotoran sapi ini adalah pupuk organik. Belakangan saya baru tahu bahwa kotoran sapi itu bukan pupuk organik, tapi bahan organik. Baru menjadi pupuk organik setelah diolah oleh  bakteri yang ada dalam F1 Embio," demikian Sukawi.

Kategori :