Disini Cacing Laut Dipercaya Membawa Kesejahteraan dan Keselamatan, Kok Bisa?

Kamis 06 Jun 2024 - 11:49 WIB
Reporter : Irma
Editor : Ahmad Kartubi

 

radarmukomuko.bacakoran.com-Lombok Tengah adalah bagian dari provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Di kawasan ini terdapat sejumlah destinasi wisata pantai yang sangat digemari wisatawan domestik maupun mancanegara.

Salah satu tempat wisata pantai yang paling mengesankan di kawasan ini adalah Pantai Seger Kuta, sebuah pantai pasir putih yang terletak di selatan pulau Lombok. 

Pantai Seger terletak tepat di sebelah kiri hotel Novotel Kuta, sekitar 65 km dari kota Mataram. Keindahan panorama pantainya membuat pengunjung kaget karena di sini pemandangan alamnya selalu natural, air lautnya jernih dan tenang, cocok banget buat berenang dan ngobrol dengan air lautnya yang biru jernih .

Selain keindahan panorama pantai dan alamnya, Pantai Seger di Kuta Lombok juga memiliki banyak objek wisata yang tak kalah menarik bagi wisatawan. Setahun sekali, pada bulan Februari hingga Maret, di pantai berpasir putih ini, diadakan festival budaya dan festival rakyat terkenal yang disebut "BAU NYALE". Komponen kata “bau” dan “nyale” berasal dari bahasa suku Sasak di Lombok yang mempunyai arti “bau” artinya menangkap dan “nyale” artinya binatang laut yaitu cacing kecil. hidup di terumbu karang dan lubang batu di bawah permukaan laut 

Peristiwa Bau Nyale merupakan festival dan tradisi yang melegenda serta memiliki nilai sakral yang besar bagi suku asli Sasak. Perayaan Festival Bau Nyale dikaitkan dengan budaya rakyat yang berkembang di Lombok bagian selatan khususnya pada masyarakat desa Pujut pada khususnya dan masyarakat Lombok pada umumnya. 

Cerita rakyat ini menceritakan tentang seorang putri zaman dahulu yang terkenal dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya, Putri Mandalikana. Dia adalah putri cantik dan jelita dari seorang raja Lombok yang sakti. Parasnya yang cantik, tubuh langsing dan temperamennya yang baik membuat para pangeran dari banyak negara saat itu ingin menikahinya sebagai istri atau ratunya. 

Semua pangeran yang datang melamarnya ditolak olehnya. Namun pangeran ini dan pangeran lainnya tidak terima putri cantik itu menikah dengan banyak pangeran. Hal inilah yang dianggap sebagai awal terjadinya peperangan antara satu kerajaan dengan kerajaan lainnya. Hal ini pula yang membuat Putri Mandalika sangat khawatir. Ia selalu menyendiri dan berpikir, memikirkan cara agar tidak terjadi pertumpahan darah karena harus berjuang untuknya.

Karakter sang putri ketika ia dengan sukarela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mengurangi keresahan dan pertumpahan darah di antara para pangeran yang menginginkannya. Ia meyakini, mengorbankan diri sendiri lebih bermanfaat dibandingkan mengorbankan komunitasnya. 

Kisah Putri Mandalika juga merupakan kisah legenda masyarakat Lombok yang menceritakan asal muasal perayaan acara Bau Nyale (menangkap cacing), khususnya pada suku asli Sasak. Hingga saat ini masyarakat Lombok menyelenggarakan festival Bau Nyale setahun sekali pada bulan Februari hingga Maret. Acara Bau Nyale kini menjadi salah satu atraksi yang dinanti-nantikan oleh wisatawan mancanegara. 

Oleh karena itu, pemerintah pusat daerah Lombok menjadikan upacara sakral ini sebagai aset budaya lokal dan pementasannya menjadi event budaya nasional. Tradisi Sakral yang melegenda ini diwariskan sebelum abad ke 16 masehi secara turun temurun oleh suku asli Sasak.

Saat event ini dilangsungkan, semenjak sore hari masyarakat setempat dan masyarakat Lombok secara umum akan berdatangan dan ikut serta beramai ramai menangkap Nyale di sepanjang pesisir Pantai Selatan Lombok, terutama di Pantai Seger Kuta Lombok, Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. 

Semenjak berkembangnya dunia pariwisata di Lombok, Event Bau Nyale biasanya dirangkai dengan beragam kesenian lokal tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cindera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu), dan tidak ketinggalan pula pementasan drama kolosal Putri Mandalika, dihadiri oleh pejabat daerah setempat sampai jajarang pemerintah Provinsi NTB dan juga dari petinggi petinggi dari luar pulau Lombok.

Tradisi Bau Nyale sudah menjadi tradisi yang susah untuk ditinggalkan bagi masyarakat setempat, karena mereka meyakini bahwa upacara Bau Nyale ini memiliki tuah yang bisa mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat (bahaya) bagi yang menganggap remeh.

Menurut keyakinan masyarakat Lombok, cacing laut yang sering juga disebut cacing palolo (Eunice Fucata) ini bisa membawa kesejahteraan dan keselamatan, terutama untuk kesuburan tanah pertanian agar menghasilkan panen yang memuaskan. Nyale yang telah mereka tangkap di pantai, biasanya akan mereka taburkan ke sawah sawah untuk kesuburan padi dan tanaman lainnya. Selain itu, Nyale juga mereka jadikan santapan lezat berupa emping Nyale, lauk pauk, obat kuat dan beberapa keyakinan lain yang mereka pikirkan.

Kategori :