Budidaya Lele Gagal Maning Desa Beralih ke Ternak Sapi

Jumat 19 Apr 2024 - 17:17 WIB
Reporter : Dedi Sumanto
Editor : SAHAD

KORAN DIGITAL RM - Hampir semua desa yang merealisasikan program ketahanan pangan bidang ternak lele tahun 2022 dan tahun 2023 lalu bisa dikatakan gagal. Pasalnya, budidaya ternak lele tersebut tidak berkelanjutan. Setelah panen atau bongkar satu kali ikan lele tersebut langsung habis. Sehingga tahun 2024 ini banyak desa yang banting stir dan mengalihkan program ketahanan pangan dari ternak lele pindah ke bidang ternak sapi. Karena desa yang sejak awal sudah mulai mengembangkan ternak sapi terbilang cukup berhasil dan sampai saat ini masih berlanjut. Bahkan tahun 2024 ini mereka kembali menambah bibit indukan sapi yang tengah dikembangkan.

BACA JUGA:Gesit, Resno Bersiap Pengajuan DD Tahap II

BACA JUGA:Akses JUT Rusak Parah Jadi Keluhan Para Petani

Salah satu Kepala Desa (Kades) wilayah Kecamatan Sungai Rumbai, Azwardi, H mengatakan, program ketahanan pangan yang dikembangkan Desa Gading Jaya tahun 2023 lalu memang budidaya ikan lele. Ia mengaku untuk satu kali panen program budidaya lele ini cukup berhasil. Hampir semua masyarakat Desa Gading Jaya pada saat panen mendapatkan 1 Kilogram ikan lele memang dijual dengan harga di bawah harga pasar. Namun hasil penjualan tersebut belum cukup untuk pembelian bibit dan pembelian pakan. "Tahun 2023 lalu kita sudah beralih ke ternak sapi. Dan tahun 2024 ini kita kembali menambah bibit indukan sapi. Karena program budidaya lele ini berat dengan pakan. Sementara anggaran untuk pembelian pakannya tidak ada. Ini yang menjadi kendala terkait dengan budidaya ikan lele," kata Azwardi.

Senada disampaikan Kades Air Bikuk, Aleston, menurutnya tahun pertama program ketahanan pangan Desa Air Bikuk memang budidaya ikan lele. Ia mengaku untuk budidaya ikan lele modal pakannya sangat besar. Sementara hasil panen program budidaya ikan lele ini tidak seimbang dengan pengeluaran untuk pembelian pakan. Bagi desa yang budidaya ikan lele bisa dikatakan gagal. Karana program itu habis satu kali pajak dan tidak bisa berkelanjutan. Harusnya setelah panen pengelola harus lanjut beli bibit untuk melanjut program tersebut. "Selain pembelian bibit, anggaran untuk pakan juga harus disiapkan. Ini yang menjadi kendala dalam budidaya ikan lele ini. Sesuai dengan hasil kesepakatan dalam musyawarah, tahun 2024 ini kita beralih ke ternak sapi. Mudah-mudahan berhasil dan berkelanjutan," imbuhnya.

BACA JUGA:Jembatan Gantung Suka Pindah Segera Diperbaiki Dinas PUPR

BACA JUGA:Kantor Hukum Muslim CH, Minta BKSDA Bunuh Buaya di Sungai Selagan

Sementara salah satu pendamping desa di kecamatan sungai rumbai, Santang Zaelani Sidik, S.Pd mengatakan, sesuai dengan regulasi yang ada. Program ketahanan pangan yang bersumber dari Dana Desa (DD) ini harus berkelanjutan. Kemudian hasil program ketahanan pangan ini harus berdampak langsung atau dirasakan langsung oleh masyarakat desa. Menurutnya, program ketahanan pangan adalah program prioritas dari pemerintah pusat yang wajib direalisasi oleh semua desa penerima DD. "Tahun 2024 ini desa wajib mengalokasikan DD minimal 20 persen dari besaran pagu DD yang diterima oleh desa. Program ini adalah program wajib desa. Oleh karena itu jenis program ketahanan yang akan direalisasikan harus mumpuni dan bisa berkelanjutan. Kita dari pendamping mengimbau semua desa untuk bisa merealisasikan program ketahanan pangan sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap desa," tambahnya.*

Kategori :