Dampak Lingkungan dari AI Apakah Kecerdasan Buatan Boros Energi

Minggu 09 Feb 2025 - 18:00 WIB
Reporter : Fahran
Editor : Ahmad Kartubi

KORANRM.ID - Teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin banyak digunakan di berbagai sektor, mulai dari industri, kesehatan, hingga keuangan. Namun, di balik manfaatnya yang besar, AI juga menimbulkan pertanyaan penting tentang dampak lingkungannya. Apakah AI benar-benar boros energi? 

AI memerlukan daya komputasi yang sangat besar, terutama untuk melatih model-model berbasis deep learning. Data center yang digunakan untuk memproses algoritma AI mengonsumsi energi dalam jumlah besar dan menghasilkan emisi karbon yang signifikan. Sebuah penelitian dari University of Massachusetts menyebutkan bahwa pelatihan satu model AI berbasis deep learning dapat menghasilkan emisi karbon setara dengan lima mobil selama masa pakainya.

BACA JUGA:Teknologi Quantum Computing Apakah Ini Akan Mengubah Segala Hal

BACA JUGA:Krisis Air Bersih Bagaimana Teknologi Bisa Menyelamatkan Bumi

Perusahaan teknologi besar seperti Google, Microsoft, OpenAI, dan NVIDIA adalah pelopor dalam pengembangan AI. Mereka menginvestasikan miliaran dolar untuk meningkatkan performa AI, namun juga bertanggung jawab atas konsumsi energi yang besar. Selain itu, lembaga akademik dan startup AI juga berkontribusi dalam pengembangan model AI yang lebih efisien.

Isu dampak lingkungan AI mulai mendapat perhatian luas dalam lima tahun terakhir, terutama sejak peningkatan penggunaan model berbasis deep learning yang sangat boros daya. Pada tahun 2019, studi dari University of Massachusetts menyoroti tingginya emisi karbon yang dihasilkan oleh pelatihan model AI. Sejak saat itu, berbagai organisasi mulai mencari solusi untuk mengurangi jejak karbon AI.

Dampak terbesar dari konsumsi energi AI dirasakan di pusat data yang tersebar di seluruh dunia. Data center besar di Amerika Serikat, China, dan Eropa menyumbang konsumsi listrik yang signifikan. Selain itu, negara-negara dengan sumber energi berbasis batu bara lebih rentan terhadap peningkatan emisi karbon akibat operasional AI.

 

BACA JUGA:Teknologi Hologram Apakah Kita Akan Segera Berkomunikasi Seperti di Film Sci-Fi

Ada beberapa alasan utama mengapa AI sangat boros energi:

1. Proses Pelatihan yang Intensif – Model AI seperti GPT-4 atau DALL-E memerlukan miliaran perhitungan matematis selama pelatihannya.

2. Permintaan Data yang Besar – AI membutuhkan akses ke jumlah data yang sangat besar, yang membutuhkan server dengan daya pemrosesan tinggi.

3. Konsumsi Server yang Berjalan 24/7 – Data center harus terus aktif agar AI bisa beroperasi dengan optimal.

4. Pendinginan Data Center – Panas yang dihasilkan oleh perangkat keras AI memerlukan sistem pendingin yang juga mengonsumsi energi dalam jumlah besar.

Beberapa solusi telah dikembangkan untuk mengurangi dampak energi AI, antara lain:

1. Optimalisasi Algoritma – Mengembangkan model AI yang lebih efisien dan hemat energi.

2. Penggunaan Energi Terbarukan – Google dan Microsoft telah beralih ke sumber energi terbarukan untuk pusat data mereka.

3. Edge Computing – Memproses data lebih dekat ke pengguna untuk mengurangi ketergantungan pada data center besar.

4. Teknologi Pendinginan yang Lebih Efisien – Inovasi dalam pendinginan server untuk mengurangi konsumsi daya.

BACA JUGA:Teknologi Biometrik Apakah Password Akan Segera Punah

5. Regulasi dan Kebijakan Ramah Lingkungan – Pemerintah dan organisasi harus mendorong penggunaan AI yang lebih berkelanjutan.

Kecerdasan buatan memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi berbagai industri, tetapi dampak lingkungannya tidak bisa diabaikan. Konsumsi energi AI yang tinggi menimbulkan tantangan besar, terutama terkait emisi karbon dan kebutuhan daya listrik yang terus meningkat. Dengan inovasi dalam algoritma, peralihan ke energi terbarukan, dan kebijakan yang lebih ketat, AI dapat menjadi lebih ramah lingkungan tanpa mengorbankan kemajuan teknologi.

Referensi

• Strubell, E., Ganesh, A., & McCallum, A. (2019). "Energy and Policy Considerations for Deep Learning in NLP." University of Massachusetts Amherst.

• Google Sustainability Report (2023). "Towards Carbon-Free AI."

• Microsoft AI & Sustainability (2023). "Reducing the Environmental Impact of AI."

Kategori :