Penelitian menunjukkan bahwa grit memiliki pengaruh positif dalam berbagai domain kehidupan. Dalam pendidikan, siswa dengan tingkat grit yang tinggi cenderung mencapai prestasi akademik yang lebih baik dan lebih kecil kemungkinannya untuk putus sekolah.
Dalam dunia kerja, karyawan dengan grit tinggi menunjukkan performa yang lebih baik dan tingkat turnover yang lebih rendah.
Para psikolog telah mengembangkan berbagai instrumen untuk mengukur tingkat grit seseorang, termasuk Grit Scale yang dikembangkan oleh Duckworth. Skala ini mengevaluasi berbagai aspek seperti konsistensi minat, ketekunan dalam usaha, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan.
Meskipun konsep grit telah mendapatkan banyak perhatian dalam psikologi positif, beberapa kritikus mengingatkan bahwa grit bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan. Faktor-faktor seperti dukungan sosial, akses terhadap sumber daya, dan kondisi lingkungan juga memainkan peran penting dalam menentukan hasil akhir seseorang.
Pemahaman tentang grit telah diterapkan dalam berbagai setting, mulai dari pengembangan program pendidikan hingga pelatihan kepemimpinan dalam organisasi. Program-program ini fokus pada pengembangan ketekunan, resiliensi, dan kemampuan untuk mempertahankan motivasi dalam jangka panjang.
Dalam konteks psikologi modern, grit menawarkan perspektif baru tentang bagaimana kesuksesan dapat dicapai. Bukan hanya melalui bakat atau kecerdasan, tetapi melalui kombinasi dari ketekunan yang konsisten dan passion yang berkelanjutan. Pemahaman ini membuka jalan baru dalam pengembangan potensi manusia dan menciptakan pendekatan yang lebih holistik dalam mencapai keberhasilan.*