Santan Kelapa Pertama Digunakan Oleh Negara Ini, Baca Juga Dampak Dan Manfaatna Bagi Kesehatan

Santan Kelapa.--ISTIMEWA

radarmukomuko.bacakoran.com - Santan telah menjadi sahabat karib kuliner selama berabad-abad. Santan, sang maestro kelezatan di balik hidangan Asia Tenggara. 

Jejaknya terukir dalam naskah kuno India dan China, mengantarkannya pada perjalanan panjang dari Asia Selatan hingga ke Nusantara. 

Kelapa, sang “pohon kehidupan”, menjadi sumber santan yang tak ternilai bagi masyarakat pesisir.

Sejarah mencatat bahwa santan pertama kali diolah di India sekitar 2.000 tahun lalu. 

Para pedagang India membawa kelapa dan pengetahuannya ke berbagai penjuru dunia, termasuk Asia Tenggara. 

Di sinilah santan beradaptasi dengan cita rasa lokal, meresap dalam budaya kuliner dan menjadi identitas masakan Nusantara.

Perjalanan santan tak lepas dari sentuhan teknologi. 

Mesin parut kelapa dan santan instan muncul, memudahkan proses pembuatan dan memperpanjang usia simpannya. 

Hal ini membuka gerbang bagi penggunaan santan yang lebih luas dan beragam.

Namun, di balik kelezatannya, santan tak luput dari sorotan. Kandungan lemak jenuhnya yang tinggi memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap kesehatan, terutama kolesterol. 

Para ahli pun terbagi dalam dua kubu: mereka yang meyakini bahaya santan dan mereka yang meyakini manfaatnya.

Para penentang santan mengemukakan studi yang menunjukkan hubungan antara konsumsi santan dan peningkatan kolesterol jahat (LDL) yang dapat berakibat pada penyakit jantung. 

Mereka menyarankan untuk membatasi konsumsi santan dan menggantinya dengan alternatif yang lebih sehat.

Di sisi lain, para pendukung santan meyakini bahwa kandungan lemak jenuhnya tidak selalu berbahaya. 

Mereka menekankan pentingnya keseimbangan dan konsumsi santan dalam jumlah moderat. Santan juga kaya akan vitamin, mineral, dan serat yang bermanfaat bagi kesehatan.

Perdebatan seputar santan masih terus berlangsung. Di tengah kontroversi ini, satu hal yang pasti: santan adalah warisan kuliner berharga yang tak terpisahkan dari budaya dan identitas bangsa. 

Pilihan untuk mengonsumsinya atau tidak bergantung pada individu dan gaya hidup. Bagi yang ingin menikmati kelezatannya tanpa rasa khawatir, kuncinya adalah konsumsi santan secara moderat dan diimbangi dengan pola makan seimbang dan gaya hidup sehat.*

Artikel Ini Dilansir Dari Berbagai Sumber : ameera.republika.co.id dan halodoc.com

Tag
Share