Sukses Uji Coba Padi, Dilanjutkan dengan Uji Coba Semangka
Tanaman semangka organik di lahan gambut.--ISTIMEWA
Optimalisasi Lahan Gambut Menggunakan Formula Organik
KORAN DIGITAL RM - Tidak banyak tanaman yang cocok untuk lahan gambut. Kecuali sawit. Merawat tanaman sawit di lahan gambut juga butuh biaya besar. Biaya operasional panen juga besar. Ketika curah hujan tinggi, lahan gambut pada umumnya terendam banjir. Pada kondisi seperti ini, buah tidak bisa dipanen.
Lahan gambut juga ada di wilayah Daerah Irigasi (DI) Manjuto. Dan masuk dalam program cetak sawah. Lahan cetak sawah "Haram" ditanami sawit.
Edry Yansen, pelopor organik Kabupaten Mukomuko, merasa ikut terpanggil untuk memecahkan masalah ini. Dengan format "Ajaib" yang dimilikinya, Yansen melakukan uji coba untuk tanam di lahan gambut. Hasil uji coba yang bisa dikatakan spektakuler adalah tanam padi seluas 1 Ha, full organik. Lokasi sawah di Sumber Makmur.
BACA JUGA:Inilah Nama-nama 21 Pejabat Mukomuko yang Mengikuti Seleksi JPT
Dikatakan spektakuler karena lahan gambut, tanpa sentuhan kimia sama sekali, lebih tahan serangan hama dan penyakit. Dan biaya perawatan sangat murah. Serta hasil panen tidak mengecewakan.
"Kami sudah banyak melakukan Demplot (Demontration Plot,red) tapi sedikit-sedikit. Baik padi maupun holtikultura. Yang paling luas, 1 hektare di Sumber Makmur, dan berhasil," terang Yansen.
Yansen juga menyampaikan, saat ini sedang uji coba tanam semangka merah tanpa biji di lahan gambut. Luasnya 2 Ha. Umur tanaman 40 hari. Sejauh ini tanaman tumbuh dengan sangat baik.
"Tanam padi organik di lahan gambut terus berlanjut. Sekarang sedang uji coba tanam semangka," tambah Yansen.
Yansen optimis, dengan formula yang dimiliki, masalah lahan gambut bisa di atasi. Dengan kata lain, lahan gambut yang awalnya anggap tidak produktif, nantinya bisa ditanami berbagai jenis tanaman.
BACA JUGA:NasDem dan PKS Masih Berebut Kursi Terakhir DPRD Provinsi Dapil Mukomuko
"Saya yakin lahan gambut bisa ditanami berbagai jenis tanaman. Tapi saya harus membuktikan lebih dulu. Itulah sebabnya kami banyak melakukan uji coba," ungkap Yansen.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Sarana dan Prasarana, Dinas Pertanian, Kabupaten Mukomuko, Fernandi Septano Asri, S.Hut, MM menyampaikan, produk organik karya Edry Yansen, bisa dijadikan solusi untuk mengatasi berkurangnya pupuk subsidi. Pasalnya jika petani memaksakan membeli pupuk non subsidi, biaya tanam semakin mahal.
"Pupuk subsidi tahun ini turun hampir 50 persen dibanding tahun 2023. Dan petani harus mendapatkan pupuk sesuai kebutuhan. Solusinya membeli pupuk non subsidi, atau menggunakan pupuk organik karya pak Yansen," tutur pria yang akrab disapa Iper ini.*