Bertahun-tahun Lamanya Petani Sawah di Lubuk Sanai Tiga Kesulitan Air

Bertahun-tahun Lamanya Petani Sawah di Lubuk Sanai Tiga Kesulitan Air--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Puluhan hektar sawah di Desa Lubuk Sanai Tiga, Kecamatan XIV Koto, kesulitan air. Bahkan sampai sekarang ketersediaan air dari irigasi Daerah Irigasi (DI) Manjuto Kiri, belum sampai ke sawah masyarakat. Adapun lokasi persawahan tersebut berara di irigasi DI Manjuto Kiri wilayah BP 8. Akibat hal ini, para petani sama sekali belum bisa tanam padi. Hal seperti ini rupanya telah menjadi masalah bertahun-tahun yang belum terselesaikan.
BACA JUGA:Musuh Terbesar Petani? Basmi Rumput Liar di Perkebunan dengan Cara Ampuh Ini!
BACA JUGA:Kendala Petani Baik Musim Hujan, Maupun Kemarau
Salah seorang petani, Darmansyah, mengatakan, para petani sudah sering menyampaikan persoalan terkait ketersediaan air di BP 8. Karena persoalan kekurangan air di irigasi BP 8 telah terjadi sejak lama yang tak kunjung dapat solusi. Dimana setiap musim tanam, wilayah irigasi BP 8, pasti jadi yang paling terakhir kebagian air. Setelah para petani di desa-desa lain selesai tanam dan kebutuhan air mereka mulai berkurang, barulah BP 8 dapat air. Debit yang tersedia juga sangat kecil.
"Kita sudah sangat sering menyampaikan keluhan terkait ketersediaan air ke pemerintah. Sebab dengan kondisi ini, kami sebagai petani sangat dirugikan,”katanya.
BACA JUGA:Petani DI Manjuto Kanan Mulai Panen
Lanjutnya, disaat ketersediaan air sudah ada, barulah biasanya petani di BP 8 mulai turun sawah. Namun permasalahannya tak sampai disitu, saat padi mulai tumbuh, tak jarang air dari irigasi kembali hilang. Sehingga tanaman padi petani biasanya hanya mengandalkan air dari langit, seperti lahan persawahan tadah hujan. Jika sedang beruntung cuaca sering hujan, sawah dapat lumayan banyak air. Tetapi jika kondisi cuaca jarang hujan dan kemarau, persawahan jadi kering. Bahkn tanah dipermukaan sawah mengeras hingga pecah-pecah akibat tak adanya pasokan air yang tersedia. Kondisi seperti itu tentu sangat merugikan para petani karena pertumbuhan tanaman padi tidak sempurna.
"Saking sulitnya air, kami selalu terlambat turun tanam. Sawah seperti bukan lagi sawah irigasi, tadah hujan yang apabila kemarau tanahnya kering,”sambungnya.
BACA JUGA:Tantangan Petani Karet Saat Musim Hujan
Atas kondisi demikian, para petani di Lubuk Sanai Tiga, khususnya area irigasi BP 8 mengharapkan perhatian pemerintah dan dinas terkait. Selama ini memang sudah beberapa kali area BP 8 ditinjau oleh dinas terkait, penyuluh pertanian dan lainnya. Namun hasil dari peninjauan tersebut belum membawa solusi nyata. Karena sampai tahun 2025, petani di BP 8 dan sekitarnya masih kesulitan air. Jika kondisi seperti ini berlangsung terus menerus, dipastikan lahan sawah yang tersedia bakal berganti menjadi lahan tanaman sawit.
"Kondisi ini sepertinya lebih cocok tanam sawit dibanding dijadikan sawah. Maka kami minta perhatian dan tindakan nyata dari pemerintah serta dinas terkait,”tutupnya.