Bendungan Persawahan Tanjung Selagan akan Diusul Tahun 2026
Kering: Lahan persawahan Tanjung Selagan yang mengalami kekeringan --
KORAN DIGITAL RM - Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mukomuko, bidang Sumber Daya Air (SDA), meminta kepada seluruh petani persawahan areal Tanjung Selagan Kecamatan Selagan Raya, untuk sementara ini gotong royong secara swadaya untuk mendapatkan air yang maksimal. Sebab, untuk tahun ini dan tahun depan, usulan pembangunan bendungan persawahan Tanjung Selagan belum bisa diusulkan. Namun, untuk Pembangunan bendungan persawahan Tanjung Selagan akan diusulkan tahun 2026 mendatang. Dengan harapan, usulan pembangunan bendungan itu nanti bisa terakomodir. Sehingga lahan sawah di areal Tanjung Selagan tersebut, bisa mendapatkan air yang maksimal untuk tanaman padinya, dan tidak lagi alami kekeringan seperti sekarang ini.
BACA JUGA:Padi Program SL-Genta Organik Dipanen, Segini Hasilnya
BACA JUGA:Lima Desa di Kecamatan Lubuk Pinang Mulai Garap RAPBDes TA 2025
Kepala Dinas (Kadis) PUPR Mukomuko, Apriansyah melalui Kepala Bidang (Kabid) SDA, Bambang Farianto pada saat dihubungi mengatakan, sekarang mereka mengaku belum bisa berbuat untuk pembangunan bendungan di areal persawahan Tanjung Selagan tersebut. Mengingat sekarang sudah akhir tahun, dan usulan untuk pembangunan tahun anggaran 2025 juga sudah selesai. Jadi, usulan untuk pembangunan bendungan persawahan Tanjung Selagan tersebut akan disampaikan untuk 2026. Karena itu, sekarang mereka minta kepada seluruh para petani di areal tersebut Goro dulu untuk mendapatkan air. "Ya, sekarang kita berharap kepada petani persawahan itu, gotong royong dulu untuk membuat bendungan manual. Mudah-mudahan tahun 2026 mendatang pembangunan bendungan areal persawahan Tanjung Selagan bisa terealisasi," ungkapnya.
Sebelumnya, salah satu petani setempat, Eka, saat dikonfirmasi menuturkan, setiap mau turun ke sawah. Mereka harus turun bersama untuk melaksanakan Goro membuat tebat atau bendungan secara manual. Namun, tidak mendapatkan air yang cukup untuk memaksimalkan pertumbuhan padi mereka. Ditambah lagi saat ini musim kemarau, tentu air untuk mengaliri perawatan semakin sulit. Sehingga membuat pertumbuhan padi mereka tidak maksimal, dan terancam gagal panen khususnya musim tanam tahun ini. "Sabtu kemarin kita Goro untuk membuat tebat bendungan manual. Tapi, kita belum bisa mendapatkan air yang cukup untuk lahan persawahan. Saat ini lahan persawahan kita sudah banyak yang pecah-pecah karena tidak ada air. Lebih kurang sekitar 50 Hektar lahan persawahan di wilayah Tanjung Selagan terancam Gagal Panen," ungkapnya.
BACA JUGA:Pemdes Pulai Payung Kebut Perencanaan Tahun 2025
BACA JUGA:DD Insentif Lubuk Sanai Tiga Bakal Digunakan Untuk Pelebaran Rabat Beton
Menurutnya, bendungan untuk lahan sawah Tanjung Selagan ini sudah dibangun sebagian. Pembangunan bendungan itu dilaksanakan sekitar tahun 2006 lalu. Lebih kurang sudah 20 tahun silam. Sampai sekarang lanjutan pembangunan bendungan itu belum ada kelanjutan. Selama ini, setiap musim tanam para petani turun melaksanakan Goro. Sebagai petani hanya berharap pemerintah terkait dalam hal ini Dinas PUPR bidang Sumber Daya Air (SDA) untuk melihat keluhan para petani di wilayah Tanjung Selagan ini. "Sekarang umur padi kita baru sekitar 1 bulan. Umur segini hrus mendapatkan air yang cukup untuk mendapatkan hasil yang baik. Tetapi sebaliknya, lahan persawahan kita kekeringan. Penyebabnya bendungan tidak memadai, dan ditambah saat ini musim kemarau," imbuhnya.*