Produksi Sawit Turun Drastis
Produksi Sawit Turun Drastis --
KORAN DIGITAL RM - Kabar kurang sedap datang dari petani sawit. Bukan terkait harga yang tidak kunjung naik. Melainkan soal produksi sawit yang menurun drastis. Sejak beberapa bulan terakhir, produksi sawit terus mengalami penurunan. Tidak tanggung-tanggung, penurunan produksi sawit di Kabupaten Mukomuko, mencapai 70 persen, bahkan lebih. Penurunan ini diduga dampak kemarau panjang yang terjadi sejak hampir empat bulan terakhir. Besar kemungkinan, penurunan produksi sawit alias trek ini masih akan terjadi hingga beberapa bulan kedepan. Hal ini bisa dilihat dari masih rendahnya curah hujan, hingga pertengahan Desember ini.
Salah seorang petani sawit, Sartimin, mengatakan, saat buah normal, dari 10 Hektare (Ha) kebun sawit bisa didapat 7 hingga 8 ton sekali panen. Dan dibutuhkan waktu 2 hingga 3 hari untuk memanen, tenaga panen 2 orang. Saat buah agung, bisa didapat buah hingga 12 ton.
‘’Hasil panen terbaru minggu ini, hanya sekitar 3 ton. Dalam sehari sudah selesai. Capek keliling kebun,’’ ujar Sartimin.
BACA JUGA:Tim Monev Kecamatan Lubuk Pinang Akan Kembali Turun Ke Desa Suka Pindah
Dikatakan Sartimin, perawatan kebun ini bisa dikatakan maksimal. Pemupukan dilakukan secara rutin. Selain pupuk kimia, ada juga tambahan pupuk tambahan berupa janjangan kosong. Namun demikian, hasilnya tetap jauh menurun dibandingkan pada kondisi normal.
‘’Pupuk dan perawatan sudah optimal. Tapi hasilnya buah tetap trek,’’ tambah Sartimin.
Hal senada disampaikan oleh warga lainnya, Supri. Sebagai buruh panen, Supri menyampaikan, sudah hampir satu minggu istirahat. Penyebabnya putaran sudah habis. Waktu panen selesai lebih cepat dari biasanya. Pada kondisi normal, waktu istirahat hanya 2 atau 3 hari. Belakangan selesai lebih cepat.
‘’Sudah satu minggu istirahat karena buah habis. Besok (Hari ini, red) baru akan mulai lagi,’’ ungkap Supri.
BACA JUGA:TP4D Kejati Bengkulu Cek Proyek Inpres
Supri juga menyampaikan, kemarau membuat petani sawit serba salah. Pemupukan tidak bisa dilakukan karena tidak ada hujan. Di sisi lain, produksi sawit sulit meningkatkan jika batang tidak dipupuk.
‘’Dampak kemarau memang sangat besar. Bukan hanya sumur menjadi kering, tanaman sawit juga nggak bisa dipupuk,’’ demikian Supri.(dul)