Fenghuang: Kota Kuno Berusia 400 Tahun, Berdiri Membekukan Waktu

Fenghuang, Kota Kuno Berusia 400 Tahun, Berdiri Membekukan Waktu.-Deni Saputra-Sceenshot

koranrm.id - Fenghuang merupakan sebuah kota kuno berusia 400 tahun yang mengabadikan bahasa etnis budaya seni serta arsitektur peninggalan dinasti Ming dan dinasti Ki. Sebagai Kota Tua Feng Huang telah lama menjadi bagian penting dari sejarah peradaban Cina. Dimana waktu seolah berhenti di kota ini hampir semua sudut dienguang seolah memiliki kisahnya tersendiri dari jalanan berbatu rumah-rumah, panggung kayu tua, jembatan-jembatan yang penduduk suku minoritas dengan kostum tradisional hingga suai tu Jiang yang mengalir di tengah kota. Semua ini seakan menyimpan cerita indah sesuai perannya masing-masing. Rumah-rumah yang berderet di tepi Sungai Tuwo Jiang seolah membawa pada kehidupan di masa lampau. Jika dilihat dari kejauhan rumah-rumah yang dibangun di atas tiang-tiang kayu ini seolah menggantung di atas sungai dan juga seakan bersandar ke arah tebing di belakangnya dan konon rumah-rumah ini sengaja dibangun. Demikian demi menghindari banjir Sungai Tuo Jiang di masa lalu. 

Fen Huang memiliki luas wilayah sekitar 1,8 km per² dan berlokasi di lingkungan pegunungan dengan area yang tidak terlalu luas. Kawasan yang disebut sebagai kota paling indah di negeri Cina ini dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama adalah kota tua yang menjadi tujuan utama wisatawan. Sementara bagian yang kedua atau bisa juga disebut sebagai Kota Baru adalah pemukiman penduduk pada umumnya. Di pusat kota tua masih terdapat sekitar 200 bangunan tua yang berdiri sejak abad ke-14. Dari era dinasti ming juga dari abad ke-17 dari zaman dinasti King. Kota ini juga memiliki peninggalan penting berupa menara dengan gerbang kuno pagoda jembatan kuno dan lain sebagainya sejatinya kota ini telah ada sejak era dinastiing yang berlangsung antara tahun 1368 hingga 1644. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya bangunan kuno dengan arsitektur khas peninggalan dinasti Ming. 

Kendati demikian kota ini diperkirakan baru dibangun pada tahun 1704 di zaman Kaisar jangsi dari dinasti King yang berlangsung antara tahun 1644 hingga 1912, yakni dinasti terakhir dalam sejarah kekaisaran Cina. Lebih dari setengah populasi kota ini merupakan minoritas miau dan tujia sebab dulunya penhuang menjadi pusat pemberontakan etnis miau yang gagal pada tahun 1854 hingga 1873 yang menciptakan diaspora etnis miau di Asia Tenggara. Selama dua abad terakhir, salah satu bagian paling menarik dari fenhuang adalah sungai Tuo Jiang yang mengalir di tengah kota dan membuat kota ini tampak sangat menawan

 Seperti sungai-sungai pada umumnya yang terdapat di negeri Cina Tuo Jiang banyak memberi manfaat kehidupan bagi penduduk desa. Salah satu aktivitas yang tampak mengagumkan di sungai ini adalah menyusuri sungai di atas perahu tradisional di mana dari perahu-perahu tersebut bangunan-bangunan tradisional yang berdiri di tepi sungai dapat terekspos dengan menawan bagi penduduk Tuo Jiang seolah memberikan kekuatan hidup. Karena selama berabad-abad di sungai ini penduduk mencuci pakaian dan memancing ikan. Sementara di tepi sungai mereka menyiapkan makanan untuk disantap bersama keluarga. Demikian mereka melakukannya hingga hari ini persis seperti yang mereka lakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Itulah sebabnya adalah benar jika dikatakan bahwa waktu seolah membeku di kota ini tidak hanya itu sebagai kota yang berdiri di tepi sungai Fen Huang juga dihiasi dengan beberapa jembatan dengan gaya konstruksi yang berbeda. Mulai dari yang sangat sederhana berupa pancang dari batu, jembatan kayu hingga jembatan besar dengan arsitektur unik. Salah satu jembatan yang paling menonjol di kota ini adalah jembatan pelangi yang menjadi simbol kota fenghuang dan sekaligus merupakan khas dari arsitektur bergaya miau yang dibangun pada era Dinasti Ming.

Kendati demikian jembatan ini pernah dibangun kembali pada tahun 1670-an hanya saja dari semua jembatan yang terdapat di kota ini jembatan batu loncatan adalah jembatan yang paling unik dengan filosofi yang mengagumkan. Jembatan ini berbentuk deretan batu pancang sehing dijuluki sebagai jembatan batu loncatan. Jembatan ini seolah mengajarkan tentang prinsip-prinsip penting kehidupan, seperti kesabaran, kerja sama, strategi dan lain sebagainya. Sebab untuk menyeberangi jembatan ini dengan sukses di atas pancang sempit dibutuhkan sikap saling mengerti antar penyeberang yang lain mereka harus menyeberang dengan bergantian serta saling bantu agar tidak jatuh ke dalam sungai. 

Daya tarik lain dari kota fenghuang adalah pakaian tradisional suku miau, para wanita miau terkenal dengan busana mereka yang penuh dengan warna, dihiasi dengan bordi rumit dan perhiasan perak yang indah. Setiap pakaian memiliki makna simbolis yang mencerminkan status sosial, umur dan bahkan kisah hidup pemakainya. Festival-festival besar seperti festival tahunan baru miau kota ini dipenuhi dengan suasana musik tradisional, tarian rakyat dan pawai besar yang merayakan warisan budaya mereka. Selain pakaian suku miau juga terkenal dengan seni sulaman dan perak ukir yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Kerajinan tangan ini tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak keluarga di Fen Huang. Para pengrajin lokal masih menggunakan teknik tradisional untuk membuat aksesori perak yang sering dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang datang ke tempat ini. Demikianlah kota fenghuang salah satu kota tua yang kian populer dan selalu berada pada deretan atas kota-kota tua yang paling terkenal di negeri Cina. Sejak tanggal 28 Maret tahun 2008 kota ini telah dimasukkan sebagai kandidat situs warisan dunia UNESCO dan hebatnya fenguang adalah kota yang tidak pernah menderita kehancuran perang atau bencana alam selama ratusan tahun sehingga peninggalan-peninggalan di kota ini masih terpelihara dengan baik.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan