Lumbung Padi Mukomuko Ada Disini, Hasilnya Penopang Ketahanan Pangan lokal
Proses tanam padi di sawah petani.-Deni Saputra-Radar Mukomuko
koranrm.id - Kabupaten Mukomuko, terdapat sebuah kecamatan yang dikenal sebagai jantung produksi padi terbesar di daerah itu.
Sawah-sawah di sana tidak hanya menjadi ladang penghidupan bagi ribuan keluarga, tetapi juga menjadi penopang ketahanan pangan lokal.
Setiap musim panen, deretan padi menguning bak lautan emas yang memantulkan cahaya matahari, menyiratkan betapa tanah ini menyimpan rahmat yang tak ternilai.
Kecamatan Lubuk Pinang adalah salah satu wilayah yang namanya paling sering disebut ketika berbicara tentang produksi padi di Mukomuko.
Sejak beberapa dekade terakhir, kawasan ini berkembang menjadi pusat pertanian yang menyuplai beras bagi kabupaten, bahkan melampaui kebutuhan konsumsi masyarakat setempat.
Letaknya yang strategis, dengan bentangan lahan persawahan cukup luas dan sistem irigasi yang terus ditingkatkan, menjadikan Lubuk Pinang sebagai lumbung pangan utama.
Cerita tentang keberhasilan kecamatan ini sebagai penghasil padi terbesar tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang masyarakatnya dalam mengelola tanah. Para petani di Lubuk Pinang sudah lama mewarisi tradisi bercocok tanam dari orang tua mereka.
Meski teknologi belum sepesat hari ini, keterampilan mengolah sawah dengan cara yang telaten membuat hasil panen tetap terjaga. Dari generasi ke generasi, semangat itu tidak pernah pudar, justru terus berkembang seiring dengan hadirnya berbagai program pemerintah daerah.
Produksi padi di kecamatan ini meningkat tajam sejak awal 2000-an, ketika jaringan irigasi teknis mulai dibangun. Air yang sebelumnya hanya mengandalkan curah hujan kini bisa dikelola dengan lebih baik, memastikan sawah tidak kekeringan di musim kemarau dan tidak terendam berlebihan saat hujan lebat.
Selain itu, program bantuan bibit unggul dari Dinas Pertanian Bengkulu memperkuat daya saing petani. Padi varietas unggulan seperti Ciherang dan Inpari mulai ditanam secara luas, meningkatkan produktivitas dari musim ke musim.
Setiap tahun, ratusan hektare sawah di Lubuk Pinang menghasilkan ribuan ton gabah. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mukomuko mencatat bahwa kecamatan ini selalu menempati posisi teratas dalam hal luas panen dan jumlah produksi dibanding kecamatan lainnya.
Hal ini menjadikan Lubuk Pinang tidak hanya penting bagi Mukomuko, tetapi juga berperan strategis dalam menyokong produksi padi di tingkat provinsi.
Meski demikian, keberhasilan ini tentu tidak datang tanpa perjuangan. Petani di Lubuk Pinang masih harus berhadapan dengan berbagai tantangan. Serangan hama, perubahan iklim yang membuat pola musim tidak menentu, hingga harga gabah yang sering kali tidak stabil, menjadi persoalan yang kerap mereka hadapi.
Namun, semangat untuk bertahan dan menjaga sawah tetap subur membuat mereka tak mudah menyerah. Bagi petani, sawah bukan sekadar sumber penghasilan, melainkan juga warisan yang harus dijaga demi masa depan anak-anak mereka.
Pemandangan di desa-desa Lubuk Pinang saat musim tanam selalu memikat. Para petani, baik laki-laki maupun perempuan, turun ke sawah dengan semangat yang sama. Suasana kebersamaan terasa kuat, seakan seluruh desa bergerak sebagai satu tubuh.
Gotong royong menjadi kunci, mulai dari membuka lahan, menanam bibit, hingga masa panen tiba. Ketika padi mulai menguning, suasana desa berubah menjadi lebih hidup. Panen bukan hanya soal bekerja, melainkan juga pesta kecil bagi warga, simbol dari kerja keras yang berbuah manis.
Dampak dari besarnya produksi padi di kecamatan ini terasa hingga ke sektor lain. Pasar tradisional di Mukomuko ramai oleh perdagangan beras, memicu perputaran ekonomi yang lebih luas.
Pedagang, penggilingan padi, hingga jasa transportasi ikut merasakan manfaat. Bahkan sebagian hasil panen dikirim keluar daerah, memperluas jaringan dagang dan memperkenalkan nama Mukomuko sebagai daerah yang kaya akan hasil pertanian.
Pemerintah daerah memberi perhatian khusus terhadap Lubuk Pinang dengan menjadikannya prioritas dalam program pembangunan pertanian. Infrastruktur jalan menuju lahan pertanian diperbaiki untuk mempermudah distribusi hasil panen, dan fasilitas pertanian modern mulai diperkenalkan.
Program pendampingan bagi petani tentang cara mengelola lahan secara efisien juga digalakkan, agar produktivitas tidak hanya bergantung pada faktor alam semata.
Meski era berubah, wajah Lubuk Pinang tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai daerah pertanian.
Bagi anak-anak muda yang tumbuh di sana, sawah tidak hanya tempat bermain di masa kecil, tetapi juga simbol identitas mereka.
Sebagian memilih melanjutkan tradisi sebagai petani, sebagian lainnya mengejar pendidikan lebih tinggi dengan harapan bisa kembali membawa pengetahuan baru untuk meningkatkan pengelolaan pertanian. Dengan cara ini, pertanian padi di kecamatan ini tidak sekadar bertahan, tetapi terus berkembang dengan wajah yang lebih modern.
Kisah Lubuk Pinang sebagai penghasil padi terbesar di Mukomuko adalah gambaran nyata bahwa tanah subur, air yang cukup, dan semangat masyarakat bisa menciptakan harmoni dalam pembangunan.
Lebih dari sekadar statistik produksi, keberhasilan ini mencerminkan ketekunan manusia dalam merawat bumi. Dari hasil jerih payah petani, bukan hanya perut masyarakat yang kenyang, tetapi juga lahir rasa syukur dan kebanggaan akan tanah kelahiran.
Hari ini, Lubuk Pinang tidak hanya menyandang predikat sebagai lumbung padi Mukomuko, tetapi juga sebagai simbol ketahanan pangan daerah. Sawah-sawahnya adalah bukti bahwa kerja keras yang konsisten mampu melahirkan kesejahteraan bersama.
Sumber berita:
- Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, Laporan Tahunan Produksi Padi Kabupaten Mukomuko (2022).
- Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mukomuko, Statistik Pertanian Tanaman Pangan Mukomuko (2023).
- Media Rakyat Bengkulu, Lubuk Pinang sebagai Sentra Padi Mukomuko (2024).