Ini Cara Diet Halal yang Disunahkan Nabi Berlandaskan Quran

Ini Cara Diet Halal yang Disunahkan Nabi Berlandaskan Quran--screenshot dari web.

Koranrm.id - Dalam konteks masyarakat Muslim, kesadaran ini bukan hanya soal memilih makanan bergizi, tetapi juga yang halal dan thayyib-baik secara zat maupun cara memperolehnya. 

Konsep diet halal menurut Islam bukan sekadar wacana normatif, melainkan jalan hidup yang memadukan nilai spiritual dengan kesehatan jasmani. 

Diet ini menawarkan keseimbangan, bukan sekadar membatasi asupan, tetapi juga menuntun umat untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang menggerogoti secara diam-diam.

Jejak ajaran diet halal sudah tertulis jelas dalam Al-Qur’an dan diperkuat oleh sunah Nabi Muhammad SAW. 

Sejak lebih dari 14 abad silam, Islam telah mengajarkan prinsip makan secukupnya, tidak berlebihan, serta memilih makanan yang bersih dan baik. 

Ajaran ini sangat relevan dengan problematika kesehatan masa kini, ketika penyakit akibat pola makan tak terkontrol seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas menjadi momok yang menakutkan. 

Prinsip sederhana, tetapi penuh makna, seperti yang diungkapkan dalam surah Al-A’raf ayat 31, mengingatkan, “Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Mempraktikkan diet halal bukanlah perkara sulit jika dilakukan dengan niat tulus dan pemahaman yang tepat. 

Hal ini dapat dimulai dari memilih bahan makanan yang terjamin kehalalannya. 

Daging, misalnya, harus berasal dari hewan yang disembelih sesuai syariat. Sayuran dan buah-buahan dipastikan bebas dari kontaminasi zat najis atau bahan tambahan yang meragukan. 

Lebih dari itu, seorang Muslim diajak untuk memeriksa proses pengolahan makanan. Makanan cepat saji atau produk olahan yang kerap menggoda, seyogianya diperiksa dengan teliti kandungannya agar tak membawa mudarat di kemudian hari.

Penerapan diet halal di berbagai belahan dunia telah membuktikan manfaatnya. 

Di Indonesia, misalnya, lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) terus memperkuat sistem sertifikasi halal agar konsumen lebih tenang dalam memilih. 

 

BACA JUGA:Menelisik Hukum Memanjangkan Janggut dalam Islam, Antara Sunnah, Makna, dan Realitas

Sementara itu, di negara-negara Barat, tren halal food semakin diminati, bahkan di kalangan non-Muslim, karena dinilai lebih higienis dan menyehatkan. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa diet halal bukan hanya urusan agama, tetapi juga menyangkut upaya global menjaga kesehatan melalui pola konsumsi yang bertanggung jawab.

Salah satu kunci penting dalam diet halal adalah keseimbangan. Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk terlalu keras pada diri sendiri dalam hal makanan. 

Justru, diet ini menuntun pada pola konsumsi yang seimbang antara karbohidrat, protein, lemak sehat, serta vitamin dan mineral. 

Nabi Muhammad SAW mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari, beliau mengonsumsi kurma, gandum, susu, madu, serta daging dalam porsi yang tidak berlebihan. 

Gaya hidup ini jika diterapkan secara konsisten, akan membantu menjaga berat badan ideal dan mencegah penyakit kronis yang kini banyak menjangkiti masyarakat modern.

Lebih jauh lagi, diet halal juga menekankan pentingnya adab makan. Duduk dengan tenang, membaca basmalah, makan dengan tangan kanan, serta berhenti sebelum kenyang menjadi bagian tak terpisahkan dari ajaran ini. 

Sikap ini tidak hanya membangun rasa syukur, tetapi juga menjadi benteng diri agar terhindar dari kebiasaan makan secara berlebihan yang kerap menjadi sumber penyakit. 

Dalam dunia medis, konsep mindful eating atau makan dengan penuh kesadaran yang kini banyak digaungkan, sejatinya sudah diajarkan Islam sejak lama.

Mengapa diet halal dapat mencegah penyakit? Sebab dalam setiap tahapannya, mulai dari pemilihan bahan, proses pengolahan, hingga tata cara konsumsi, semua diarahkan agar tidak menimbulkan bahaya bagi tubuh. 

Bahan pangan yang halal dan thayyib bebas dari zat-zat berbahaya, proses yang bersih menghindarkan dari risiko kontaminasi, sementara pola makan yang seimbang mencegah tubuh mengalami kelebihan atau kekurangan gizi. 

Berbagai penelitian mendukung manfaat pola makan halal ini. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Religion and Health (2019) menunjukkan bahwa kepatuhan pada prinsip makanan halal berkorelasi dengan rendahnya prevalensi penyakit metabolik pada populasi Muslim.

Bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Diet halal dapat dimulai dengan membiasakan diri membaca label pada setiap produk makanan, mengutamakan bahan segar dibanding olahan, serta mengolah sendiri makanan untuk memastikan kehigienisannya. 

Selain itu, memperkuat pengetahuan seputar gizi halal melalui literatur yang kredibel atau berkonsultasi dengan ahli gizi syariah dapat menjadi langkah bijak. Akhirnya, diet halal menurut Islam adalah cermin ajaran yang penuh kasih, yang tak hanya memerhatikan hak tubuh, tetapi juga hak sosial dan lingkungan. 

Dengan menjaga asupan halal dan thayyib, seorang Muslim ikut berkontribusi dalam membangun masyarakat yang sehat dan dunia yang lebih baik. 

Diet ini bukan sekadar tentang apa yang dimakan, tetapi juga tentang bagaimana manusia memaknai hidupnya secara utuh.**

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan