Bukan untuk Semua! Ini 5 Kelompok Orang yang Sebaiknya Tidak Makan Jengkol

Bukan untuk Semua! Ini 5 Kelompok Orang yang Sebaiknya Tidak Makan Jengkol--ISTIMEWA

radarmukomuko.bacakoran.co    -Jengkol memang memiliki berbagai manfaat kesehatan, tetapi tidak semua orang dianjurkan untuk mengonsumsinya. Kandungan asam jengkolat dalam jengkol dapat menimbulkan efek samping bagi beberapa kelompok orang, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.

BACA JUGA:Tak Hanya Lezat, Jengkol Ternyata Bisa Redakan 6 Penyakit Ini!

 

Berikut adalah lima kelompok orang yang sebaiknya menghindari atau membatasi konsumsi jengkol:

1. Penderita Penyakit Ginjal

Jengkol mengandung asam jengkolat, sejenis senyawa yang dapat membentuk kristal di ginjal dan saluran kemih. Pada penderita gagal ginjal atau batu ginjal, konsumsi jengkol dapat memperburuk kondisi karena ginjal yang tidak berfungsi optimal kesulitan membuang asam jengkolat dari tubuh. Akibatnya, kristal ini bisa menumpuk dan menyebabkan jengkolan, yaitu kondisi nyeri saat buang air kecil akibat penyumbatan saluran kemih oleh kristal asam jengkolat. Oleh karena itu, penderita penyakit ginjal sebaiknya menghindari jengkol untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

 

2. Penderita Asam Urat

Jengkol mengandung purin, zat yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Pada penderita gout (asam urat tinggi), konsumsi jengkol dapat memicu serangan nyeri sendi, terutama di area kaki dan lutut. Asam urat yang berlebih dalam darah akan mengendap menjadi kristal di sendi, menyebabkan peradangan dan nyeri hebat. Oleh karena itu, penderita asam urat sebaiknya membatasi konsumsi makanan tinggi purin, termasuk jengkol.

 

3. Penderita Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi

Meskipun jengkol mengandung kalium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, kandungan natrium dan zat lain dalam jengkol juga dapat berpengaruh negatif jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Pada beberapa orang, konsumsi jengkol bisa memicu peningkatan tekanan darah sementara, yang berisiko bagi penderita hipertensi. Selain itu, efek diuretik dari jengkol dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, yang dapat memperburuk kondisi tekanan darah tinggi.

BACA JUGA:Rahasia Tidur Nyenyak: 9 Kebiasaan Sehat Sebelum Tidur yang Bikin Tubuh Segar Saat Bangun

 

4. Ibu Hamil dan Menyusui

Wanita hamil sebaiknya berhati-hati dalam mengonsumsi jengkol karena beberapa alasan:

- Jengkol dapat memicu gangguan pencernaan, seperti kembung dan diare, yang bisa membuat ibu hamil merasa tidak nyaman.

- Bau menyengat dari jengkol dapat berpengaruh pada rasa ASI, yang mungkin membuat bayi enggan menyusu.

- Dalam kasus yang jarang terjadi, konsumsi jengkol berlebihan dapat menyebabkan keracunan asam jengkolat, yang berpotensi membahayakan kesehatan ibu dan janin.

- Meskipun belum ada larangan medis yang tegas, ibu hamil dan menyusui sebaiknya mengonsumsi jengkol dalam jumlah yang sangat terbatas atau menghindarinya.

5. Orang dengan Riwayat Alergi terhadap Kacang-kacangan

Jengkol termasuk dalam keluarga kacang-kacangan, sehingga orang yang memiliki riwayat alergi terhadap kacang-kacangan sebaiknya menghindarinya. Alergi jengkol dapat menyebabkan gejala seperti:

- Ruam kulit, gatal, atau kemerahan

- Bengkak pada wajah atau bibir

- Kesulitan bernapas atau reaksi anafilaksis yang parah

Jika seseorang mengalami gejala alergi setelah mengonsumsi jengkol, sebaiknya segera mendapatkan perawatan medis. Orang yang sudah diketahui memiliki alergi terhadap jenis kacang lain juga lebih berisiko mengalami reaksi terhadap jengkol.

BACA JUGA:Bisa di Konsumsi Saat Anemia, ini 7 Buah Penambah Darah

 

Kesimpulan

Meskipun jengkol kaya akan manfaat kesehatan, lima kelompok orang di atas sebaiknya menghindari atau membatasi konsumsinya untuk mencegah risiko kesehatan yang lebih serius. Penderita penyakit ginjal, asam urat, hipertensi, ibu hamil dan menyusui, serta orang dengan alergi kacang-kacangan adalah kelompok yang paling rentan terhadap efek negatif jengkol. Jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu tetapi ingin mengonsumsi jengkol, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter agar lebih aman.*

Tag
Share