Mengapa Tren ‘Quiet Quitting’ Masih Bertahan di Dunia Kerja

Mengapa Tren ‘Quiet Quitting’ Masih Bertahan di Dunia Kerja.--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Quiet quitting adalah fenomena di mana karyawan hanya melakukan tugas sesuai dengan deskripsi pekerjaannya tanpa mengambil inisiatif tambahan atau bekerja melebihi batas waktu yang ditentukan. Tren ini muncul sebagai respons terhadap budaya kerja yang menuntut lebih banyak tanpa memberikan imbalan yang sepadan. Quiet quitting bukan berarti benar-benar berhenti dari pekerjaan, tetapi lebih kepada menyeimbangkan kehidupan kerja dan pribadi dengan menolak ekspektasi kerja berlebihan.

Tren ini tetap bertahan karena beberapa faktor utama. Pertama, kesadaran akan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan semakin meningkat. Karyawan kini lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan mental dan menghindari burnout akibat tekanan kerja yang tinggi. Kedua, kurangnya penghargaan di tempat kerja membuat banyak karyawan enggan bekerja lebih keras tanpa insentif yang sesuai, baik secara finansial maupun non-finansial. 

BACA JUGA:Panen Semangka Manis, Panduan Budidaya Mudah untuk Pemula

BACA JUGA:Cemilan Favorit, 3 Efek Samping Makan Kacang Mete

Ketiga, tren kerja jarak jauh juga berkontribusi pada quiet quitting, karena fleksibilitas yang ditawarkan memungkinkan karyawan tetap produktif tanpa harus mengorbankan waktu pribadi mereka. Selain itu, perubahan generasi dalam dunia kerja, khususnya di kalangan milenial dan Gen Z, semakin menekankan kesejahteraan mental dan menolak budaya kerja berlebihan. 

Faktor lain yang mendukung tren ini adalah ketidakpastian ekonomi yang membuat karyawan bertahan di pekerjaannya tanpa ingin terlibat lebih dalam karena tidak ada jaminan penghargaan atau kenaikan gaji.

Dampak quiet quitting dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun karyawan. Bagi perusahaan, penurunan keterlibatan karyawan dapat mengurangi produktivitas jangka panjang dan menyulitkan pembentukan tim yang berorientasi pada inovasi. Jika dibiarkan, hal ini juga dapat menyebabkan peningkatan angka turnover. 

BACA JUGA:Resno dan Lubuk Cabau Sudah Pengajuan DD Tahap I

Di sisi lain, bagi karyawan, quiet quitting dapat membantu mengurangi risiko burnout dan stres akibat tekanan pekerjaan yang berlebihan, sekaligus meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi. Namun, terdapat risiko kehilangan peluang karier jika seseorang tidak menunjukkan kinerja yang menonjol di tempat kerja.

Untuk mengatasi tren ini, perusahaan dapat menerapkan beberapa strategi. Meningkatkan penghargaan dan pengakuan terhadap karyawan yang bekerja keras merupakan langkah penting, baik dalam bentuk bonus, promosi, maupun apresiasi verbal. Selain itu, perusahaan juga harus mendorong budaya kerja yang sehat dengan menciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan kehidupan pribadi dan profesional. 

BACA JUGA:Jangan Dibuang! Ini 8 Manfaat Biji Alpukat untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

Komunikasi terbuka antara manajemen dan karyawan juga sangat penting agar kebutuhan karyawan dapat didengar dan dipahami. Memberikan peluang pengembangan diri melalui pelatihan dan pengembangan keterampilan juga dapat meningkatkan motivasi karyawan untuk berkembang di tempat kerja.

Kesimpulannya, tren quiet quitting masih bertahan karena meningkatnya kesadaran akan keseimbangan kehidupan kerja, kurangnya penghargaan di tempat kerja, serta perubahan generasi dalam cara pandang terhadap dunia kerja. Perusahaan perlu mengambil langkah proaktif untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan mendukung keterlibatan karyawan secara berkelanjutan agar tren ini tidak berdampak negatif pada produktivitas organisasi.

Tag
Share