Benarkah Turunnya Harga Kopi Karena Dua Faktor Berikut , Diantara Dipanen Belum Masak

Jumat 09 Aug 2024 - 09:23 WIB
Reporter : Fahran
Editor : Ahmad Kartubi

 

Radarmukomuko.bacakoran.com- Musim kopi segera berakhir , untuk harga saat ini sudah turun Rp 48- 50 ribu per kg untuk biji kopi kering. 

Hal tersebut disampaikan Farhan Petani Kopi yang memiliki kebun di daerah Sekalak Kecamatan Seluma Utara.

Disampaikannya untuk saat ini memang sudah memasuki musim penghujung, selain itu kemungkinan yang masih berbuah saat ini tanaman Kopi muda yang baru belajar berbuah. 

Namun dikatakannya saat ini harga sudah turun menjadi Rp 48 -50ribu trgantung kualitas.

 " Saat ini harga kopi sudah turun menjadi Rp 48-50 ribu per kg, informasinya dari tempat saya menjual biji kopi hal tersebut disebabkan panen raya serentak pada saat yang bersamaan, sehingga saat ini kopi sedang melimpah menyebabkan penurunan harga " tandasnya.

Masih Farhan,  untuk terakhir dirinya menjual biji kopi kering, harganya tinggal Rp 53 ribu per kg, yang sebelumnya sempat meroket naik diharga lebih Rp 60 ribu per kg.

"Untuk saat ini menjelang musim kopi berakhir, harga mulai turun . Kalau kini saya tidak tahu pasti harga normalnya berapa, karena naik turunnya harga terkadang tanpa pemberitahuan. Terakhir saya menjual diharga Rp 53 ribu per kg" lanjutnya.

 

 Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Provinsi Bengkulu menyebut beberapa minggu terakhir, kopi di tingkat pembeli eceran turun pada harga Rp 50 sampai 55 ribu per kilogram. 

Sedangkan, untuk harga kopi di tingkat pabrik antara Rp 60 sampai 65 ribu per kilogram. 

Penurunan harga kopi ini dipengaruhi  faktor harga pasar, karena kualitas kopi yang menurun di tingkat petani. 

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu M. Rizon meminta agar para petani tidak tergesa-gesa memanen sehingga tidak memperhatikan kualitas buah kopi. 

Upaya itu perlu dilakukan agar harga kopi stabil, karena saat ini komoditi kopi secara dunia masih mengandalkan Indonesia sebagai ekspor kopi terbesar. 

“Penurunan ini karena ada fluktuasi pasar dunia. Namun petani diimbau jangan memanen kopi secara tergesa-gesa yang tidak memperhatikan kualitas atau takut harga turun. Karena itu justru mempengaruhi harga di tingkat pasaran,” kata M. Rizon.

Kategori :