Nilai Tukar Rupiah Ditutup Melemah

Sabtu 25 Oct 2025 - 16:48 WIB
Reporter : Dedi Sumanto
Editor : SAHAD

koranrm.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan pada Kamis (23/10/2025) pekan lalu. Rupiah senasib dengan mata uang Asia lainnya yang tidak mampu mengungguli kegagahan dolar AS.

Dimana nilai rupiah terbelengu pada level Rp 16.620/US$, melemah 45 poin dan terdepresiasi 0,27 persen jika dibanding posisi penutupan sebelumnya. Dalam perdagangan intraday, nilai rupiah bahkan sempat menyentuh level terlemah di Rp 16.648/US$ pada pukul 14:00 WIB. Pelemahan rupiah ini sudah sesuai ramalan, yang sejurus dengan penguatan dolar AS yang membuat sejumlah mata uang Asia sulit untuk berbuat banyak. Pada pukul 18:00 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) tengah menguat 0,24 persen ke 99,132 persen.

Dampaknya, mata uang Asia kompak melemah pada perdagangan pada Kamis lalu. Won Korea Selatan, Yen Jepang, peso Filipina, dolar Taiwan, dolar Singapura, dan yuan offshore melemah masing-masing 0,64 persen, 0,5 persen, 0,32 persen, 0,27 persen, 0,16 persen, dan 0,02 persen. Pelemahan rupiah menjadi yang terdalam ke lima di Asia saat ini. Sedangkan empat mata uang Asia yanh lainnya masih mampu menguat, namun itu juga tipis. Mata uang rupee India berhasil terapresiasi 0,09 persen, ringgit Malaysia menguat 0,06 persen, yuan China 0,01 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen. Rupiah juga melemah ketika harga obligasi cenderung turun di mana yield SUN mayoritas menanjak. 

Dilansir dari Bloomberg, pada Kamis (23/10/2025) lalu, tingkat imbal hasil SUN di banyak tenor, bergerak naik yang mengindikasikan tekanan jual membesar hingga menurunkan harga obligasi pemerintah itu. SUN tenor 5 tahun mencatat kenaikan yield 3,4 basis poin ke level 5,414 persen, lalu tenor 1 tahun kenaikan imbal hasil lebih tinggi sebesar 2,4 bps menjadi 4,813 persen. Begitu juga dengan tenor yang lebih panjang, yield SUN 10 tahun juga mencatat kenaikan 2,6 basis poin, bersama tenor 15 tahun juga naik 1,1 bps, yang masing–masing menjadi 5,993 persen, dan 6,348 persen. Dolar AS terungkit lagi oleh isu penutupan sementara pemerintahan AS yang masih terus berlangsung, hingga belum ada tanda-tanda jalan keluar.

Pandangan rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) tidak akan secara signifikan mengubah ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed bulan ini. Selain itu, pasar juga menunjukkan bias hati-hati terhadap data ekonomi AS yang bersifat backward-looking serta kecemasan atas reliabilitas data resmi.

Bloomberg Economics mencatat, laporan inflasi CPI untuk bulan Oktober yang dijadwalkan rilis pada pertengahan November akan kehilangan sebagian besar data penting, sehingga akurasinya diperkirakan lebih rendah dari biasanya. Mencermati penutupan sementara pemerintahan AS sejak 1 Oktober (US government shutdown) yang masih terus berlangsung. Seiring kebuntuan yang terus berlansung hingga memasuki minggu ketiga menjadikannya penutupan pemerintahan terpanjang kedua dalam sejarah AS. Presiden Donald Trump tampaknya masih absen dari agenda upaya negosiasi untuk menyelesaikan penutupan pemerintahan AS. Trump tampak mengambil pendekatan Business as Usual. Ia tetap menjalankan banyak agenda pertemuan dengan pemimpin di Gedung Putih, serta kalender perjalanan yang padat.

Presiden belum bertemu dengan para pemimpin Kongres dari Partai Demokrat sejak sebelum penutupan pemerintahan dimulai pada 1 Oktober, dan menunjukkan minat yang minim untuk turun tangan menengahi solusi bagi kebuntuan tersebut. Penutupan pemerintahan kali ini sangat berbeda dari sebelumnya, ketika isu tersebut mendominasi pemberitaan sepanjang periode kebuntuan. 'Kali ini, intensitasnya tidak benar-benar sama," papar Rahm Emanuel, mantan Kepala Staf Gedung Putih pemerintahan Presiden Barack Obama.

Kategori :

Terkait

Sabtu 25 Oct 2025 - 16:48 WIB

Nilai Tukar Rupiah Ditutup Melemah