KORANRM.ID - Selain persawahan, kawasan Desa Lubuk Pinang, Kecamatan Lubuk Pinang, juga dipenuhi dengan ratusan hektare perkebunan sawit. Anak tetapi tak bisa dipungkiri, akses pertanian di desa tersebut mayoritas belum memadai. Salah satunya seperti kondisi Jalan Usaha Produksi (JUP) wilayah Sungai Sekendak Kecil yang telah puluhan tahun aksesnya tak mulus. Pasalnya akses penyeberangan aliran sungai tersebut masih berupa kayu yang disusun secara darurat. Sehingga para petani kerap kesulitan mengeluarkan hasil panen perkebunan mereka. Seperti disampaikan Kasmis Jaya Karman, S.PT.
BACA JUGA:Sering Rusak, Lantai Jembatan Desa Sumber Makmur Diusulkan Permanen BACA JUGA:Mukomuko Sediakan Dana Rp4,2 Miliar Wujudkan Pembangunan Jembatan Akses ke Desa Rentan Pangan Kasmis mengatakan, salah satu keluhan masyarakat Desa Lubuk Pinang, yaitu akses pertanian dan perkebunan, misalnya seperti area perkebunan sawit di aliran Sungai Sekendak Kecil. Dilokasi tersebut, terbentang raturan hektare kebun sawit masyarakat. Akan tetapi kondisi jalan di lokasi tersebut belum memadai. Namun yang paling mengkhawatirkan, yaitu jembatan penyeberangan. Karena jembatan penyeberangan di aliran Sungai Sekendak Kecil masih berupa kayu yang disusun warga secara swadaya. “Kondisi akses jembatan di aliran Sungai Sekendak Kecil yang merupakan akses pertanian kondisinya sangat mengkhawatirkan,”tuturnya. BACA JUGA:Jembatan Selesai Dibangun, Kades: Terima Kasih Pemda Kondisi jembatan tersebut sangat menyulitkan para petani menuju lahan, terutama mengeluarkan hasil panen sawit. Terlebih ketika hujan aliran sungai meluap, jalan licin dan kendaraan tak bisa melintas. Sehingga ketika hujan tiba, otomatis semua aktivitas pertanian lumpuh total. Terkadang panen sudah dilakukan, tetapi hasilnya tak bisa dibawa keluar. Tentu dengan kondisi demikian, hasil dan biaya perawatan hingga panen tak seimbang. Belum lagi perawatan jembatan, karena berupa kayu tak bisa bertahan dalam waktu lama. “Hanya kayu-kayu yang disusun dijadikan jembatan. Kadang saat sungai meluap hasil panen petani tak bisa dikeluarkan akibat jalan terputus,”sambungnya. Lebih lanjut dikatakannya, adapun lebar aliran sungai tersebut sekitar 15 meter. Maka dari itu, mereka sangat membutuhkan perhatian pemerintah untuk kelancaran akses perkebunan tersebut. Satu-satunya yang mereka harapkan, yakni pembangunan jembatan permanen. Jika pemerintah membangun jembatan, tentu akses petani jauh lebih mudah. Paling tidak ketika air sungai tengah meluap saat hujan, petani masih bisa mengeluarkan hasil panen. “Kami sangat berharap kedepan ada perhatian pemerintah agar jembatan tersebut dibangun dengan layak,”tutup Kasmis.
Kategori :